Mengapa Manusia Gemar Nonton Film? Gambar Kuno Tertua dari Trinil Beri Petunjuk

Author : Administrator | Tuesday, December 09, 2014 11:11 WIB

Sumber: Kompas



 
Gambar kuno tertua di dunia pada cangkang kerang dari situs Trinil. Gambar berbentuk zig-zag tersebut ditaksir berusia 500.000 tahun.


KOMPAS.com - Mengapa manusia lebih suka menikmati informasi dan hiburan yang bersifat audio visual seperti film daripada teks? Bukankah teks lebih memberikan detail daripada tayangan audio visual?

Kenyataan itu mungkin mengherankan. Namun, bagi pakar seni cadas dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Pindi Setiawan, kenyataan tersebut wajar. Manusia memang berevolusi untuk menonton film. "Manusia belum utuh bila sekadar bernaskah (literate)," katanya.

Petunjuk bahwa manusia berevolusi untuk menonton film atau bentuk hiburan audio visual lain bisa didapatkan pada gambar kuno pada cangkang kerang air tawar dari Trinil, Ngawi, Jawa Timur.

Gambar kuno itu terungkap lewat penelitian Josephine CA Jordens dari Fakultas Arkeologi Universitas Leiden, Belanda. Riset mengungkap gambar itu dibuat bukan oleh manusia modern (Homo sapiens), melainkan Manusia Jawa Kuno (Homo erectus).

Dalam publikasi penelitian di jurnal Nature, Jordens menyatakan bahwa gambar kuno berupa garis zig zag itu berusia 500.000 tahun. Dengan usia itu, gambar kuno tersebut dinyatakan sebagai yang tertua di dunia.

Baca: Terkuak, Gambar Kuno Tertua di Dunia Berasal dari Tanah Jawa

Pindi mengungkapkan, kenyataan bahwa Manusia Jawa Kuno sudah bisa menggambar melemahkan teori ledakan kreativitas. Teori itu menyatakan bahwa kreativitas baru berkembang setelah manusia modern ada. Manusia tiba-tiba meletup kreativitasnya 40.000 tahun terakhir. 

"Letupan tersebut merujuk pada gambar dan patung prasejarah buatan manusia yang 'kebetulan' banyak ditemukan sekitar 40.000 tahun lalu," kata Pindi, Minggu (7/12/2014).

Fakta yang terungkap dalam hasil riset Jordens mengungkap bahwa kreativitas manusia berkembang secara bertahap, seperti yang dinyatakan ilmuwan pada kubu lain dalam teori kreativitas gradual.

"Teori ini merunut evolusi kreatif 'hominid' (ancient human) lebih dari 500.000 tahun lalu," tutur Pindi. Menurut teori itu, kreativitas manusia sudah mengakar jauh sebelum manusia modern itu sendiri ada. 

Pindi menjelaskan, teori kreativitas gradual itu pula yang bisa menjawab pertanyaan mengapa manusia lebih gemar menikmati tayangan audio visual daripada membaca sebuah naskah.

Teori kreativitas gradual menyatakan, selama ribuan tahun, manusia terus mengembangkan koordinasi mata-tangan. Manusia mencanggihkan kemampuan mewujudkan imajinasi mulai dari wirama (verbal audio) hingga perupaan (wirupa visual).

Manusia belajar kreasi wirupa dari alam. Kreasi dimulai dari memungut bentukan alami, misalnya pada seni batu akik, kemudian meniru yang terlihat, hingga menciptakan perupaan seperti yang dipikirkan, seperti gambar manusia sempurna atau pun makhluk jadi-jadian.

"Dan hasil dari tahap gradual itu, manusia masa kini sebenarnya telah berevolusi lebih dengan cara wirupa. Sehingga tidaklah mengherankan bila manusia senang membuat gambar bercerita, bahkan tanpa text, yang diperkaya dengan wirama (audio)," jelas Pindi.

"Evolusi itulah yang menyebabkan manusia sekarang, lebih mudah menerima pesan melalui wirama-wirupa (audio visual). Tingkat daya alih pesan wirupa dapat mencapai 70-80 persen," imbuhnya.

Pemahaman tentang evolusi kreatif manusia bisa digunakan sebagai dasar dalam penentuan metode penyampaian informasi. Transfer pengetahuan sebaiknya tidak hanya dilakukan lewat teks saja.

Pindi mengungkapkan, dalam era kreatif masa kini, program kampanye untuk belajar misalnya, jangan hanya berupa ajakan "Ayo membaca/membuat Buku", tetapi juga "Ayo menonton/membuat Film."

"Karena menonton film yang bersifat wirama wirupa itu akan membuat manusia menjadi lebih manusiawi," kata Pindi. Jangan ragu membuat narasi narasi pengetahuan dengan cara wirama-wirupa.




http://sains.kompas.com/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: