Peneliti utama studi itu, Gregoire Courtine, mengatakan sebelum uji coba pada monyet, tim peneliti telah berhasil mengimplan otak pada tikus. Dalam eksperimen pada dua monyet tersebut, usai operasi menunjukkan tanda kesuksesan implan.
Satu monyet menunjukkan reaksi setelah enam hari, dan satu monyet lagi bereaksi pada minggu kedua. Keduanya pulih atau bisa berjalan setelah tiga bulan.
"Kiprah ini tidak sempurna, tapi ini hampir seperti berjalan normal," kata Courtine seperti dilansir Tech Times, Kamis, 10 November 2016.
Courtine menjelaskan, implan otak dapat bekerja pada monyet berkat serangkaian elektroda mikro yang peneliti tanamkan pada otak monyet yang lumpuh tersebut. Kemudian peneliti menerima sinyal dan kemudian menerjemahkan sinyal yang terkait dengan gerakan kaki.
Sinyal listrik dikirim melalui perangkat nirkabel yang dihasilkan denyut listrik di bagian bawah tulang belakang. Proses ini membuat kaki dari monyet menjadi bergerak.
Courtine menuturkan, meski implan otak tergolong sukses dilakukan pada monyet dan tikus, ilmuwan masih menimbang untuk mengaplikasikan hal yang sama pada manusia.
Dia mengatakan, melakukan penelitian yang sama pada manusia akan jauh lebih kompleks karena proses decoding otak akan lebih rumit.
Tapi secara teoritis, implan membangun kembali hubungan antara otak dan sumsum tulang belakang, dan hal itu bisa membantu serabut saraf yang tersisa untuk memperkuat koneksi. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan pemulihan fungsi lokomotif. Belum ada kepastian, kapan implan otak juga dilakukan pada manusia. (ase)