Sejumlah tentara berjaga di luar gedung teater nasional setelah terjadinya ledakan di Mogadishu, Somalia, Rabu (4/4). Pemberontak Al-Shabaab di Somalia mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang menewaskan setidaknya enam orang dan melukai sejumlah pejabat pemerintah itu. (REUTERS/Feisal Omar) |
Mogadishu (ANTARA News) - Sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan bom Senin yang ditujukan pada pasukan Somalia dan Ethiopia di sebuah pasar yang ramai di kota Baidoa, Somalia selatan, kata sejumlah pejabat dan saksi.
Serangan itu merupakan pemboman besar kedua di negara tersebut dalam waktu sepekan. Rabu pekan lalu, serangan bom bunuh diri oleh seorang wanita menewaskan enam orang, termasuk dua pejabat tinggi olah-raga, di teater dekat istana presiden di Mogadishu, lapor Reuters.
Serangan Senin itu merupakan yang paling mematikan sejak pasukan Somalia dan Ethiopia menguasai Baidoa, sekitar 250 kilometer sebelah baratdaya Mogadishu, dari gerilyawan Al-Shabaab pada Februari.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas pemboman Senin itu.
"Kami memasang bom yang dikendalikan dari jarak jauh di pasar Baidoa. Kami menyerang pasukan Somalia dan Ethiopia. Sekitar tiga orang dari mereka tewas," kata Sheikh Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer Al-Shabaab, kepada Reuters.
Musab menyatakan pasukan pemerintah membunuh sejumlah warga sipil ketika mereka melepaskan tembakan ke udara setelah pemboman itu, namun gubernur wilayah itu membantah tuduhan tersebut.
Menurut beberapa saksi, ledakan itu terjadi di luar toko daging.
"Ketika kami berbelanja tiba-tiba kami mendengar ledakan. Saya menghitung 10 mayat sipil dan lebih dari 30 orang cedera," kata Shukri Hussein, seorang ibu dari lima anak, kepada Reuters melalui telefon dari pasar Baidoa.
Ali Aden, seorang perawat di rumah sakit Baidoa, mengatakan, pihaknya telah menerima 35 warga sipil yang terluka.
Abdifatah Ibrahim Mohamed, gubernur wilayah Bay, mengatakan kepada Reuters dari Baidoa, sedikitnya 12 warga sipil tewas dan lebih dari 30 cedera.
Rabu pekan lalu, seorang wanita muda meledakkan sabuk bomnya ketika Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali berada di podium, menyampaikan pidato di depan 200 orang di sebuah teater nasional pada peringatan tahun pertama peluncuran jaringan televisi satelit Somalia.
Ketua Komite Olimpiade Somalia Aden Yabarow Wiish dan Ketua Federasi Sepak-bola Somalia Said Mohamed Nur termasuk diantara enam orang yang tewas dalam pemboman di Mogadishu itu, yang diklaim oleh gerilyawan Al-Shabaab.
Perdana menteri dan tujuh menteri yang berdiri di sampingnya ketika wanita muda itu meledakkan bomnya selamat tanpa cedera dalam serangan tersebut.
Pemboman itu merupakan yang terakhir dari serangkaian serangan yang ditujukan pada pejabat tinggi pemerintah Somalia.
Senin (26/3), sedikitnya dua orang tewas dan delapan lain cedera setelah mortir yang ditembakkan gerilyawan Al-Shabaab ke arah istana presiden menghantam sebuah kamp pengungsi yang berdekatan.
Al-Shabaab menyatakan, mereka menembakkan mortir ke kompleks istana presiden yang dijaga sangat ketat -- upaya ketiga mereka untuk menyerang pusat pemerintahan Somalia dalam waktu dua pekan.
Terjadi peningkatan dalam pemboman bunuh diri dan ledakan-ledakan bom yang dikendalikan dari jarak jauh di Mogadishu sejak Al-Shabaab menarik diri dari kota pesisir itu pada Agustus 2011 dan mengubah taktik mereka ke perang gerilya.
Al-Shabaab melancarkan serangan bom truk yang menewaskan lebih dari 70 orang pada Oktober, serangan paling mematikan sejak pemberontakan mereka meletus pada 2007. Pemboman itu disusul dengan gelombang serangan yang lebih kecil.
Minggu (19/3), sedikitnya enam warga sipil Somalia tewas setelah mortir menghantam kamp pengungsi di dekat istana presiden di Mogadishu.
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang diyakini ditujukan pada istana presiden itu, namun Al-Shabaab diduga sebagai pelakunya.
Pada 14 Maret, serangan bom bunuh diri menewaskan sedikitnya lima orang di dalam kompleks istana presiden di Mogadishu.
Gerilyawan Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu namun menyebut jumlah korban tewas 17 dan 30 orang cedera.
Meski Al-Shabaab menarik diri dari Mogadishu pada Agustus 2011 dan pasukan Uni Afrika mengamankan daerah yang ditinggalkan kelompok gerilya itu, kota pesisir tersebut masih tetap rawan serangan-serangan bom.
Sejak mundur dari Mogadishu pada Agustus 2011, Al-Shabaab mendapat tekanan yang meningkat di Somalia tengah dan selatan dari pasukan Ethiopia dan Kenya yang berperang bersama pasukan pemerintah Somalia dan milisi pro-pemerintah.
Pasukan AMISOM yang berkekuatan 10.000 orang berperang untuk mengamankan Mogadishu, enam bulan setelah gerilyawan Al-Shabaab meninggalkan pangkalan mereka di sana dan melakukan perang gerilya, termasuk serangan-serangan bom bunuh diri dan bom mobil.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu. (M014)