Sydney (ANTARA News) - Australia pada Rabu menyatakan mungkin mengizinkan Amerika Serikat menggunakan wilayahnya untuk menggerakkan pesawat mata-mata tak berawak jarak jauh, sebagai bagian dari peningkatan kehadiran adidaya itu di Asia-Pasifik, yang melukai perasaan China.
Washington dan Canberra juga dilaporkan menempatkan kapal induk dan kapal selam tempur bertenaga nuklir Amerika Serikat di kota Australia Barat, Perth, sebagai bagian dari perluasan besar hubungan ketentaraan.
Dalam perluasan itu, marinir Amerika Serikat pertama dari pengerahan 2.500 tentara ke Darwin di Australia utara -diresmikan pada November 2011 oleh Presiden Barack Obama- tiba pada April.
Rencana Marinir itu membuat marah Beijing, tapi meyakinkan beberapa negara Asia, yang melihatnya sebagai pernyataan bahwa Washington bermaksud membela sekutu dan kepentingannya di kawasan itu di tengah kekhawatiran akan peningkatan ketegasan Cina.
Media Australia pada Rabu dengan mengutip berita "Washington Post" melaporkan bahwa Amerika Serikat mempertimbangkan menggunakan kepulauan Cocos, atau di samudera Hindia di lepas pantai Australia baratlaut, untuk meluncurkan pesawat pengintai tak berawak.
Berita itu menyatakan Cocos, yang berpenduduk sekitar 600 orang, akan menggantikan Diego Garcia, pangkalan Amerika Serikat di samudera Hindia, yang adidaya itu sewa dari Inggris dan dijadwalkan dikembalikan pada 2016.
"The Washington Post" juga menyatakan pemerintah Australia mempertimbangkan perbaikan pangkalan laut Stirling di Perth "untuk pengerahan dan gerakan di Asia Tenggara dan samudera Hindia oleh Angkatan Laut Amerika Serikat".
Perbaikan itu dilaporkan akan membantu Stirling melayani kapal perang permukaan besar, termasuk kapal induk pesawat dan kapal selam tempur Amerika Serikat.
Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith menyatakan pengutamaan kunci dalam kerjasama lebih dekat Amerika Serikat adalah perputaran Marinir melalui Darwin, jalur udara lebih besar dan penggunaan lebih banyak pangkalan HMAS Stirling di Perth.
Kurt Campbell, wakil menteri luar negeri Amerika Serikat urusan Asia Timur dan Pasifik, berada di Australia pada pekan lalu untuk membahas pengerahan pertama 250 Marinir pada April dan masalah lain pertahanan, katanya.
Smith menyatakan penggunaan kepulauan Cocos adalah pilihan jangka panjang untuk keterlibatan lebih dekat Australia-Amerika Serikat dan landasan pesawatnya perlu diperbaiki lebih dulu.
"Cocos adalah kemungkinan. Itu peluang jangka panjang dan harus diperlakukan demikian," kata Smith kepada radio ABC.
"Itu bukan untuk saat ini, karena salah hal pertama harus kami lakukan adalah perbaikan besar prasarana, terutama lapangan terbang," katanya.
Tetangga Australia tidak perlu takut, kata menteri pertahanan itu, "Kami terbuka tentang itu," katanya.
Ketika ditanya tentang tanggapan Smith, juru bicara kementerian luar negeri Cina Hong Lei tidak secara langsung menjawab kemungkinan pesawat tak berawak Amerika Serikat menggunakan wiayah Australia.
Tapi, ia kepada wartawan di Beijing menyatakan semua negara di kawasan Asia-Pasifik harus menjunjung tinggi tata baru keamanan dalam kesetaraan, pembangunan bersama, penggalangan dan saling menguntungkan, serta mencoba menegakkan keamanan untuk semua.
Cocos dipandang sebagai tempat memadai untuk pangkalan pesawat tak berawak terus meronda mengawasi jalur pelayaran tersibuk di dunia dan laut Cina Selatan, tempat pengakuan wilayah dianggap sebagai titik api.
Cina, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Kamboja mendaku wilayah di daerah tersebut.
Hugh White, pengulas pertahanan di universitas Nasional Australian, menyatakan Australia dilihat sebagai "harta strategis" oleh Amerika Serikat saat memantau kebangkitan Cina.
"Saya pikir, yang kita lihat di sini adalah pergeseran mendasar sangat berarti dalam siasat Amerika Serikat," katanya.
Amerika Serikat saat ini hanya memiliki penyebaran terbatas di sekutu lama Australia, termasuk stasiun terpencil satelit mata-mata Pine Gap di dekat Alice Springs, demikian AFP dan Reuters melaporkan.