(REUTERS/Jorge Silva)
|
Venezuela - Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh ada andil dari "musuh imperialis" mereka, yaitu Amerika Serikat, dan kelompok oposisi di dalam negeri dalam kematian Presiden Hugo Chavez. Maka itu, dia pun mengusir beberapa diplomat AS yang dituduh telah mengancam keamanan negara tersebut.
Diberitakan Reuters, Rabu 6 Maret 2013, Maduro menggelar pertemuan di istana kepresidenan setelah kematian Chavez yang telah menjabat selama 14 tahun. Pemerintahan Maduro meyakini, kematian Chavez adalah akibat serangan dari musuh-musuh politiknya.
"Kanker ini adalah serangan dari musuh imperialis. Musuh lama Tanah Air kita berusaha merusak kesehatannya," kata Maduro menuding-nuding, sembari berusaha membandingkan Chavez dengan pemimpin Palestina Yasser Arafat yang diduga mati diracun agen Israel pada tahun 2004 lalu.
Atas tuduhan ini, Maduro mengatakan bahwa Venezuela telah mengusir atase Angkatan Udara di Kedutaan Besar di Caracas. Dia mengatakan, total ada dua diplomat AS yang diusir sejak kematian Chavez karena dinilai menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan pemerintah.
"Tanggung jawab terbesar kami adalah menghadirkan kebenaran pada rakyat," kata Maduro dalam sebuah siaran televisi.
Hal serupa juga sebelumnya pernah disampaikan Chavez pada 2011 lalu. Dia melihat ada keanehan karena banyak pemimpin Amerika Latin yang juga mengidap kanker.
Chavez meninggal dunia pada Selasa sore setelah beberapa jam terakhir mengalami kesulitan bernafas. Dua tahun belakangan, Chavez menjalani empat kali operasi pengangkatan kanker di Kuba.
Puluhan pendukung Chavez telah memadati gereja di rumah sakit militer tempat Chavez menghembuskan nafas terakhirnya. "Ada kesedihan dan kebingungan. Tapi kami harus tabah dan tetap menerapkan apa yang telah dia ajarkan pada kami," kata Marisol Aponte, seorang warga.