Irak |
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Amerika Serikat sedang menyiapkan perundingan langsung dengan Iran untuk menghentikan pemberontakan kelompok radikal di Irak yang saat ini telah menguasai sejumlah kota, demikian laporan dari harian The Wall Street Journal.
Kedua negara akan memulai perundingan pada pekan depan. Sementara pada saat yang sama, krisis di Irak semakin memburuk karena kelompok Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL) semakin mendekat ke pusat kekuasaan di Baghdad.
Sampai saat ini, Washington telah membantu Irak dengan mengirim pesawat logistik. Di sisi lain, Presiden Barack Obama mengaku tengah mempertimbangkan semua pilihan mengenai bagaimana menghentikan gerakan ISIL.
Presiden Iran Hassan Rouhani pada akhir pekan lalu menyampaikan pernyataan mengejutkan bahwa Tehran mungkin akan bekerja sama dengan Washington untuk melawan ISIL di Irak.Kedua negara sama-sama menjanjikan bantuan militer jika Irak meminta.
Kepada Wall Street Journal, sejumlah sumber dari pemerintahan Amerika Serikat mengaku masih belum mengetahui secara pasti saluran diplomatik apa yang akan digunakan pemerintahan Obama untuk berunding dengan Iran.
Salah satu kemungkinan saluran tersebut adalah perundingan di Wina, di mana Amerika Serikat dan Iran bertemu pada Senin untuk mencapai kesepakatan soal sengketa nuklir.
Gedung Putih menolak mengomentari berita Wall Street Journal itu. Namun mereka juga tidak membantahnya.
Untuk perundingan di Wina, Wakil Menteri Luar Negeri Bill Burns akan memimpin delegasi diplomat Amerika Serikat.
Sejumlah pejabat Amerika Serikat bersikap skeptis terhadap potensi perundingan negaranya dengan Iran karena menilai kedua pihak mempunyai sikap yang berbeda mengenai Irak.
"Ini adalah persoalan di mana musuh dari musuh kami tetap merupakan musuh. Kepentingan yang sama dari dua pihak di Irak sangat terbatas," kata sumber dari kementerian pertahanan Amerika Serikat yang bekerja secara intensif di Irak.
Krisis yang disebabkan oleh ISIL kian memburuk. Dalam salah satu media sosial, kelompok itu mengaku telah membunuh 1.700 tentara Syiah di Irak.
Sejumlah foto yang diunggah di internet juga menunjukkan bagaimana pejuang ISIL mengeksekusi puluhan anggota pasukan keamanan.
Meskipun belum diverifikasi secara independen mengenai kebenaran foto-toto tersebut, Amerika Serikat mengecam pembunuhan massal dengan menyebutnya sebagai hal yang "mengerikan".