Pertemuan delapan jam di Wien, Austria, untuk membahas krisis Suriah (Foto: Brendan Smialowski/REUTERS) |
WIEN – Krisis Suriah sudah terlalu banyak memakan korban. Sejumlah Menteri Luar Negeri (Menlu) pun mengadakan pertemuan di Wien, Austria, untuk menentukan solusi buat negara yang tengah “direcoki” pemberontakan dan kelompok ekstrem ISIS tersebut.
Pertemuan yang digelar Jumat, 30 Oktober waktu setempat tersebut menghadirkan Menlu AS John Kerry, Menlu Rusia Sergei Lavrov, serta sejumlah Menlu negara-negara Arab, China, serta Turki, utusan Suriah dan Iran.
Namun pertemuan delapan jam itu seolah deadlock. Kubu AS dan negara-negara Arab, mendesak rezim Presiden Suriah, Bashar al Assad segera diakhiri.
“Perang selama empat setengah tahun, kami semua percaya bahwa itu sudah terlalu lama. Sudah waktunya menghentikan pertumpahan darah dan mulai membangun (Suriah),” cetus Menlu Kerry, seperti dikutip BBC, Sabtu (31/10/2015).
Sementara Rusia dan Iran, lebih memilih menyerahkan pada rakyat Suriah menentukan nasib mereka via pemilihan umum (pemilu).
“Rakyat Suriah harus menentukan nasib Assad. Kami tak mengatakan bahwa Assad harus tumbang atau bertahan,” timpal Menlu Lavrov.
Berikut sejumlah pernyataan para peserta Pertemuan Wien:
Amerika Serikat: Assad harus mundur dengan proses transisi politik
Arab Saudi: Assad harus mundur dengan kurun waktu yang spesifik sebelum digelar pemilu untuk pemerintahan yang baru.
Turki: Assad harus mundur, walau masih bisa memerintah untuk enam bulan ke depan secara “simbolis”.
Negara-negara Eropa Barat & Arab: Assad harus mundur dan tak boleh jadi bagian proses transisi politik.
Rusia: Assad tak boleh dipaksa mundur. Rakyat Suriah harus menggelar pemilu untuk menentukan pemerintahan berikutnya.
Iran: Assad tak harus mundur. Rakyat Suriah harus menentukan masa depan politik mereka sendiri.