Syed Rizwan Farook |
SAN BERNARDINO, KOMPAS.com - Kepolisian California menemukan ribuan amunisi, selusin bom pipa, peralatan bom, dan senjata lainnya di kediaman Syed Rizwan Farook dan istrinya Tashfeen Malik, dua sosok tersangka pelaku penembakan mematikan di San Bernardino.
San Bernardino merupakan sebuah kota berpenduduk sekitar 200.000 orang yang terletak sekitar 100 km sebelah timur Los Angeles.
Polisi juga menemukan sejumlah thumbdrive, komputer, dan telepon genggam di rumah yang disewa oleh Farook itu, lapor kantor berita Reuters, Kamis (3/12/2015).
Baik Farook maupun Tashfeen tewas ditembak polisi 5 jam setelah mereka melakukan penembakan yang menewaskan 14 orang dan melukai 21 lainnya di sebuah pusat layanan difabel.
Farook pernah bekerja sebagai pegawai dinas kesehatan masyarakat di San Bernardino selama lima tahun, kata kepala polisi Jarrod Burguan. Sejauh ini pihak kepolisian belum dapat memastikan motif Farook dan Tashfeen namun belum ada bukti kuat adanya kaitan antara kedua pelaku itu dengan kelompok militan atau teroris tertentu.
Otoritas akan menggeledah peralatan elektronik yang dipakai untuk mengecek apakah mereka mengakses situs kaum militan tertentu atau berkomunikasi dengan media sosial kelompok teror tertentu.
CNN, yang mengutip salah satu penegak hukum yang menolak disebut namanya, melaporkan bahwa Farook telah “diradikalisasi” dan menjalin komunikasi melalui telepon dan media sosial dengan lebih dari satu tersangka teroris yang saat ini sedang diinvestigasi FBI.
USA Today juga menyatakan investigator saat ini memfokuskan diri menyelidiki kaitan pria berumur 28 itu dengan sejumlah orang yang memiliki hubungan dengan ideologi “radikal”.
Presiden Barack Obama mengutarakan bahwa mungkin saja penembakan ini berkaitan dengan serangan teroris, mungkin juga hanya masalah di tempat kerja. Namun ia menegaskan, sampai saat ini belum banyak yang kita ketahui.
Farook, warga negara Amerika yang lahir di Negara Bagian Illinois, adalah putra seorang imigran Pakistan. Pasangannya Tashfeen memegang paspor Pakistan dan masuk ke AS tahun 2014 dengan menggunakan visa khusus yang diberikan kepada pasangan dari warga yang sudah tinggal dan berkewarganegaraan Amerika.
Salah satu teman Farook yang bernama Nizaam Ali menceritakan bahwa tidak ada tanda-tanda Farook telah diradikalisasi atau berhubungan dengan kelompok ekstremis. Nizaam yang mengenalnya di masjid melanjutkan, pelaku rutin salat 2-3 kali seminggu ketika jam istirahat makan siang di masjid setempat.
Hussam Ayloush, pimpinan Kelompk Advokasi Muslim di Los Angeles meminta publik tidak buru-buru menyimpulkan motif penembakan itu. Dia mengungkapkan kecemasannya terhadap kemungkinan kecaman dan serangan terhadap umat Muslim di Amerika pasca penembakan itu dan sejumlah serangan teror yang terjadi akhir-akhir ini seperti di Paris.
“Kita hidup dalam kondisi sulit saat ini, ada banyak islamphobia, sentiment anti-Muslim” tuturnya.