Demonstran terlibat bentrok dengan Garda Nasional Venezuela dalam unjuk rasa di San Cristobal, Venezuela, 26 Oktober 2016. (Foto: Reuters)
CARACAS – Ratusan ribu demonstran turun ke jalan-jalan di Venezuela menuntut diadakannya referendum untuk melengserkan Presiden Nicolas Maduro dalam unjuk rasa anti-pemerintah. Demonstrasi yang digelar berlangsung ricuh mengakibatkan puluhan orang terluka dan ditangkap.
Seorang polisi dilaporkan tewas ditembak di Provinsi Miranda di tengah protes Rabu malam. Namun, kepolisian provinsi yang dipimpin tokoh oposisi itu tidak menghubungkan insiden tersebut dengan para pengunjuk rasa.
Setelah berusaha menyeret Maduro ke persidangan awal pekan ini,kelompok oposisi Venezuela menggelar demonstrasi besar-besaran bertajuk ‘ambil alih Venezuela’. Pada Rabu 26 Oktober, ratusan ribu demonstran mengenakan pakaian putih dan membawa bendera Venezuela berkumpul di 50 lokasi di seluruh negeri.
“Protes ini harus terus berkembang sehingga pemerintah mengerti sekali, untuk selamanya, bahwa kita melakukan ini dengan serius,” kata pimpinan oposisi Hernan Capriles, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (27/10/2016).
Bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan terjadi di beberapa kota seperti Caracas, Merida, dan San Cristobal. Capriles menyalahkan pihak berwenang atas bentrokan dengan demonstran yang disebutnya mengakibatkan lebih dari 120 orang terluka dan penangkapan terhadap 147 demonstran lainnya.
Meski memiliki salah satu cadangan minyak terbesar di dunia, Venezuela saat ini tengah dilanda krisis ekonomi parah yang menyebabkan kelangkaan berbagai bahan kebutuhan pokok bahkan obat-obatan. Presiden Nicolas Maduro yang dituding sebagai biang keladi krisis menolak lengser dan menuding pihak oposisi telah berkomplot dengan Amerika Serikat (AS) untuk melakukan kudeta.
(dka)
