Presiden Mahmoud Ahmadinejad memantau instalasi nuklir di Natanz (Reuters )
|
Iran - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad hari ini meresmikan dua lokasi baru fasilitas nuklir. Peresmian ini dilakukan untuk memperingati Hari Teknologi Nuklir Nasional Iran.
Dua fasilitas baru itu adalah kompleks penambangan uranium Saghand yang berlokasi di Ardakan dan fasilitas produksi uranium di Shahid Rezayeenejad. Peresmian ini dilakukan melalui konferensi video.
Dalam sambutannya, Ahmadinejad memuji pencapaian terbaru yang telah dilakukan Iran. Menurut Gubernur Ardakan, Ahmad Kamali, penambangan Saghand memperoleh uranium di kedalaman 350 meter untuk kemudian dikirim ke fasilitas Shahid Rezayeenejad dan diubah menjadi konsentrat uranium dalam bentuk bubuk.
Sementara Senin kemarin, pejabat Iran Alaeddin Boroujerdi, memperingatkan bahwa Teheran tetap membuka opsi keluar dari perjanjian nonproliferasi nuklir (NPT). Dilansir laman Times of Israel, Selasa 9 April 2013, opsi itu kian dipertimbangkan jika pihak Barat terus menjatuhkan sanksi terhadap Iran.
"Tidak dapat diterima jika Iran menghormati NPT tetapi pihak Barat mengabaikan isi ayat enam dalam NPT yang menyebut soal pengurangan senjata nuklir dan ayat empat mengenai hak terhadap pengayaan nuklir," ujar Boroujerdi kepada stasiun televisi lokal.
Barat yang digawangi Amerika Serikat menuduh Iran tengah mengembangkan senjata nuklir. Pemerintahan Ahmadinejad membantahnya dengan mengatakan bahwa nuklir mereka akan digunakan untuk tujuan energi dan medis.
Peresmian fasilitas nuklir baru ini dilakukan Iran beberapa hari setelah pembicaraan dengan enam negara -AS, China, Prancis, Rusia, Inggris dan Jerman- di Kazakhstan mengalami kebuntuan. Keenam negara itu meminta Iran untuk menghentikan pengayaan uranium tingkat tinggi sebanyak 20 persen dan menutup lokasi pengayaan bawah tanah Fordo.
Sebagai imbalannya, keenam negara akan menunda sanksi Uni Eropa dan AS terkait perdagangan emas dan logam berharga lainnya serta membolehkan adanya ekspor petrokimia. Namun larangan mengenai ekspor minyak dan pembatasan sistem perbankan tetap diberlakukan.
Keputusan ini membuat Iran sangat kecewa. Dalam pernyataannya, Iran mengatakan usulan yang diajukan oleh keenam negara itu tidak berimbang dan proporsional. Akibat larangan itu, 45 persen pendapatan Iran yang berasal dari ekspor minyak dan gas turun.