Jakarta - Aparat kepolisian Tunisia menembak mati 2 pelaku penembakan brutal di Museum Nasional Tunisia. ISIS telah mengakui bahwa kedua orang tersebut merupakan anggotanya. Hal itu dikemukakan oleh pihak ISIS melalui video yang diposting secara online.
Salah satu potongan kalimat dalam video tersebut mengatakan, "Dua ksatria dari Negara Islam, sangat dipersenjatai dengan senjata otomatis dan granat, menargetkan Museum Bardo di ibukota," demikian seperti dikutip dari Strait Times, Jumat (19/3/2015).
Setelah pengakuan tersebut, ISIS juga mengancam akan melakukan serangan yang lebih besar. Penembakan brutal di museum nasional Tunisia, disebutnya baru sebagai langkah awal saja.
Kepolisian setempat mengatakan sebanyak 3.000 warga Tunisia telah pergi ke Irak, Suriah dan Libya untuk berperang di jajaran ekstrimis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya pertempuran keras.
Kantor Presiden mengatakan pasukan keamanan menangkap empat orang yang trekait langsung dengan operasi terorisme dan lima orang yang dicurigai memiliki hubungan dengan sel. Kepresidenan mengatakan akan mengerahkan tentara di kota-kota besar setelah serangan museum tersebut.
"Tapi kita tidak berada di bawah pengepungan," kata seorang sumber kepresidenan.
Akibat aksi keji tersebut, dunia internasional semakin marah. Presiden Beji Caid Essebsi bersumpah untuk melawan ekstrimis tanpa belas kasihan. "Untuk napas terakhir kami," ucapnya.
"Orang-orang Tunisia akan tetap bersatu dalam menghadapi kebiadaban," kata pemimpin partai oposisi Islam Ennahda, Rached Ghannouchi.