Ketua DPR Setya Novanto dan Donald Trump |
NEW YORK, KOMPAS.com — Donald Trump, bakal calon presiden Partai Republik untuk pemilu AS tahun 2016, sudah berada di pengujung acara konferensi persnya terkait pencalonannya di Trump Tower, New York City, Kamis (3/8/2015). Sesaat setelah dia tampaknya selesai memberikan sambutan dan berjalan menjauh dari podium, Trump mendadak kembali ke mikrofon bersama seorang pria di sisinya.
Trump memperkenalkan tamu khususnya itu yang sudah berdiri di belakangnya selama acara tersebut.
"(Ini) Ketua DPR Indonesia. Dia berada di sini untuk bertemu saya. Setya Novanto, salah seorang yang paling berkuasa dan orang hebat," kata Trump. "Rombongannya berada di sini untuk bertemu saya hari ini. Kami akan melakukan hal-hal besar buat Amerika Serikat, benar kan?" lanjut Trump.
"Ya," jawab Setya Novanto.
Trump masih punya pertanyaan lain untuk tamunya itu.
"Apakah orang-orang menyukai saya di Indonesia?" tanya Trump.
"Ya, sangat (suka)," jawab Novanto. "Terima kasih banyak."
Setya Novanto dan rombongannya sedang berada di AS untuk mengikuti konferensi para Ketua Parlemen Dunia yang dibuka 1 September di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Setelah konferensi pers di Trump Tower itu, Business Insider (BI) berbicara dengan salah seorang anggota delegasi Indonesia yang datang bertemu Trump, yaitu Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Fadli, seperti dikutip BI, menjelaskan peran Trump di Indonesia. Sang pengusaha real estate itu punya sejumlah usaha.
"Saya pikir kami menyukainya karena dia juga melakukan investasi di Indonesia. Dia punya beberapa proyek di Bali dan Jawa Barat. Jadi, dia teman Indonesia," kata Fadli. "Saya pikir dia juga sangat terkenal dengan sejumlah acaranya. Orang-orang Indonesia ketika mereka berbicara tentang seorang jutawan atau miliarder, yang akan muncul di pikiran mereka pertama adalah Donald Trump," katanya.
Masih menurut laporan BI, Fadli dan sejumlah anggota delegasi DPR masing-masing membawa satu tas suvenir dari toko Trump Tower. Fadli mengatakan, dia belum membukanya dan tidak tahu persis apa yang ada di dalamnya. Fadli mencoba mengintip isinya, tetapi pita dan kertas tisu menyulitkan dia untuk segera tahu isinya.
Sebuah survei terbaru di AS menunjukkan, Donald Trump masih memimpin kontes nomine bakal calon presiden Partai Republik untuk pemilu tahun depan. Jajak pendapat Universitas Quinnipiac, Kamis lalu, menunjukkan, konglomerat itu memperoleh 28 persen dukungan dari para pemilih Republik di seluruh Amerika. Dia mengalahkan pesaing terdekatnya, mantan dokter bedah saraf, Ben Carson, yang ketinggalan 15 poin.
Mantan Gubernur Florida Jeb Bush, putra dan adik dari dua mantan presiden AS, semakin jauh ketinggalan. Demikian pula kandidat Partai Republik lainnya. Kontes nomine pertama partai itu akan diadakan pada bulan Februari.
Ucapan-ucapan Trump yang blakblakan terhadap para pesaingnya dan wartawan telah menarik dukungan dari sebagian kalangan Republik yang bosan dengan perdebatan politik di Washington. Namun, gayanya yang emosional telah membuat kalangan Republik lainnya kecewa. Banyak yang mengatakan tidak akan mendukungnya.
Adapun Fadli menilai bahwa komentar kontroverial Trump, dalam masalah imigrasi misalnya, masih tergolong wajar. "Saya pikir apa yang dia katakan baik-baik saja. Apa yang dia katakan adalah tentang imigran ilegal, dia tidak punya masalah dengan orang-orang lain, dengan orang-orang asing, dengan imigran selama mereka legal," kata Fadli. "Jadi, saya pikir itu sangat normatif. Hal yang sangat baik untuk disampaikan. Saya pikir itu sangat universal," ujarnya.