Foto udara ini menunjukkan sisa badan pesawat Boeing 777 milik Asiana Airlines yang jatuh di bandara internasional San Francisco, AS. | EZRA SHAW / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP
SAN FRANCISCO - Perhatian dunia terhadap kecelakaan Asiana Airlines penerbangan 214 di San Francisco kini mengerucut pada dua hal.
Pertama, mengapa kecelakaan itu terjadi? Dalam hal ini yang akan diselidiki adalah hal-hal seperti sistem instrumen pendaratan, glide slope, posisi Boeing 777 mendekati landasan, cara pilot menerbangkan pesawat, dan aspek penting lainnya.
Kedua, bagaimana melakukan pelatihan di dalam pesawat untuk menurunkan penumpang secepat mungkin bila terjadi kecelakaan. Hal kedua inilah yang menjadi perhatian pengamat atas pertanyaan mengenai banyaknya penumpang selamat dalam peristiwa ini.
Video dari beberapa penumpang setelah kecelakaan menunjukkan bagaimana peluncur darurat segera dibentangkan dan orang-orang segera keluar sebelum api benar-benar membakar pesawat.
Melihat video puing-puing pesawat dan dasyatnya api yang berkobar setelah kecelakaan, banyak orang heran bahwa jumlah korban sangat rendah mengingat ada lebih dari 300 orang di dalam pesawat. Pihak Asiana sendiri telah menyatakan ada 291 penumpang ditambah 16 awak kabin dalam penerbangan OZ214 itu.
Kejadian yang menimpa Asiana ini mengingatkan pada insiden di Toronto pada bulan Agustus 2005 ketika sebuah pesawat Air France jatuh. Meskipun ada api besar dalam kecelakaan itu, semua 309 penumpang dan awak Airbus A340 berhasil keluar dari pesawat dengan selamat.
Tanpa mengabaikan adanya korban, kecelakaan San Francisco menunjukkan bahwa korban dalam insiden seperti ini bisa ditekan bila ada pelatihan memadai dari awak dan kesadaran penumpang untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat.
Hal terpenting yang dipelajari dari kecelakaan ini, menurut ulasan CNN adalah: Tahu di mana jalan keluar, bersedia meninggalkan barang-barang pribadi dan keluar pesawat dengan cepat dan teratur sesuai arahan awak kabin, karena semua pesawat dirancang untuk tindakan seperti itu.
Pesawat B777 dirancang sehingga memungkinkan semua orang bisa turun dari pesawat dalam waktu 90 detik, bahkan jika hanya separuh dari semua pintu bisa terbuka.
Kondisi itulah yang terlihat dalam insiden Asiana, di mana satu sisi pesawat jauh lebih rusak daripada sisi yang lain, sehingga penumpang tidak membuka pintu di sisi itu.
Meski begitu, dalam beberapa foto terlihat beberapa penumpang yang masih enggan meninggalkan barang-barangnya - beberapa terlihat membawa tas, bahkan yang berbentuk koper. Padahal mengambil barang di bagasi akan memperlambat evakuasi.
Disebut CNN, hal yang kemudian bisa dijadikan pelajaran adalah agar penumpang tidak mengabaikan briefing keselamatan penerbangan pada awal setiap penerbangan.
"Briefing ada karena suatu alasan. Dalam beberapa tahun terakhir beberapa maskapai, seperti Air New Zealand, menambahkan nilai hiburan dalam video keselamatan mereka, agar lebih banyak penumpang tertarik dan menonton peragaan itu," tulis Richard Quest dari CNN, Minggu (7/7/2013).
Editor : Wisnubrata
من المقطوع: http://internasional.kompas.com/read/2013/07/07/1843529/Mengapa.Banyak.Penumpang.Selamat.dalam.Kecelakaan.Asiana.Airlines.