(REUTERS/John Kolesidis )
|
VIVAnews - Para pekerja di penjuru Yunani hari ini menggelar mogok kerja massal sebagai ungkapan protes atas diberlakukannya kembali program penghematan anggaran oleh pemerintah. Aksi ini bakal melumpuhkan layanan publik, transportasi, hingga penerbangan komersial di Yunani.
Menurut kantor berita Reuters, Yunani sudah berkali-kali dilanda aksi unjuk rasa dan mogok massal sejak dihantam krisis keuangan lima tahun silam. Namun, aksi massal kali ini baru pertama kali dialami oleh koalisi pemerintahan PM Antonis Samaras dari Partai Demokrasi Baru, yang memerintah sejak Juni lalu.
Seruan mogok massal dilontarkan oleh dua serikat pekerja terbesar di Yunani, ADEDY dan GSEE. Mereka mengajak rakyat kembali turun ke jalan untuk memprotes putaran baru program penghematan, seperti yang disyaratkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan Uni Eropa kepada Yunani dalam rangka mendapat utang darurat (bailout) baru.
"Kami berseru kepada setiap warga untuk turut serta dan menentang langkah-langkah penghematan yang telah menyakiti rakyat dan ekonomi Yunani," kata Despoina Spanou dari ADEDY. "Mogok kerja ini hanyalah awal dari perjuangan kami," lanjut Spanou.
Pihak keamanan sudah menyiagakan 3.000 polisi, atau dua kali lebih banyak dari yang biasa dikerahkan. Mereka berjaga-jaga di pusat Ibukota Athens untuk mengantisipasi kericuhan. Pada Februari lalu, para pemrotes membakar sejumlah toko dan bank di Athens saat parlemen menyetujui undang-undang baru penghematan.
Dampak aksi mogok kali ini, semua kapal tetap bersandar di pelabuhan. Toko-toko tetap tutup, begitu pula dengan semua museum dan monumen di Athens. Di bandara, para petugas lalu-lintas pesawat berhenti kerja selama tiga jam, sedangkan di banyak rumah sakit hanya ada staf-staf untuk rawat darurat.
Syarat Berat
Para pekerja yang mogok ini marah setelah pemerintah bakal menyanggupi syarat dari Uni Eropa dan IMF, yaitu kembali memotong anggaran. Kali ini sebesar hampir 12 miliar euro (US$15,5 miliar) selama dua tahun demi mendapat bailout berikutnya dari Uni Eropa dan IMF, sebagai pihak kreditor.
Penghematan anggaran negara ini berdampak pada pemotongan gaji dan pensiun, serta tunjangan-tunjangan lain bagi rakyat. Padahal, mereka sudah kesusahan akibat beberapa program penghematan sebelumnya.
Situasi itulah yang membuat banyak warga kesal, karena situasi tak kunjung membaik, meski mereka sudah dilanda kesulitan ekonomi selama bertahun-tahun. Menurut survei dari MRB pekan lalu, lebih dari 90 persen responden di Yunani yakin bahwa program penghematan dari UE dan IMF ini tidak adil dan kian memberatkan.
Namun, pemerintah Yunani saat ini tidak punya pilihan selain mengandalkan bantuan bersyarat dari UE dan IMF. Sebab, Yunani sudah di ambang kebangkrutan dan kemungkinan terdepak dari zona euro bila tidak dibantu oleh bailout.
Menurut kalangan pengamat, rakyat sudah berkali-kali mendesak pemerintah agar meminta keringanan syarat dari pihak kreditor. Namun, usulan Yunani itu ditampik oleh Jerman sebagai sponsor utama Uni Eropa. (art)