Perayaan kemenangan Mohamed Mursi di Mesir. (REUTERS/Suhaib Salem) |
VIVAnews - Terpilihnya Mohamed Mursi sebagai presiden baru Mesir disambut gembira oleh kelompok Hamas di Jalur Gaza, Palestina. Presiden yang diusung Ikhwanul Muslimin (IM) tersebut diharapkan dapat membantu perjuangan Hamas dalam membuka blokade Gaza oleh Israel dan didukung oleh Hosni Mubarak.
Diberitakan Haaretz, Minggu 24 Juni 2012, warga di Gaza larut dalam suka cita setelah Mursi ditetapkan sebagai presiden, mengalahkan Ahmed Shafiq dengan 51 persen suara. Warga Gaza mengibarkan bendera Mesir dan menembakkan peluru ke udara, tanda kegembiraan. Pejalan kaki mendapatkan permen gratis sebagai bentuk syukur.
"Kami menantikan peranan besar dan historis Mesir pada konflik Palestina, dalam membantu negara ini mendapatkan kemerdekaan dan menghancurkan blokade Gaza," kata kepala pemerintahan Hamas di Gaza, Ismail Haniyeh, kepada Reuters.
Ucapan selamat juga disampaikan oleh Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, di Tepi Barat. "Presiden menyampaikan penghormatan dan penghargaannya pada pilihan seluruh rakyat Mesir," tulis pernyataan kantor kepresidenan Palestina, dilansir kantor berita Wafa.
Baik Hamas dan Ikhwanul Muslimin memiliki penolakan yang sama soal hubungan dengan Israel. Hamas sebelumnya menentang keras perjanjian damai dengan Mesir pada tahun 1979. Mubarak menukar kesepakatan damai itu dengan Sinai yang direbut Israel pada perang tahun 1967. Dengan ini, Mesir adalah negara Timur Tengah pertama yang berdamai dengan zionis.
Hal inilah yang kemudian membuat Israel sedikit gamang. Pemerintah Israel khawatir terpilihnya Mursi dari IM akan merusak perjanjian damai yang akan berujung dibukanya kembali blokade Gaza. Walaupun Mursi dalam kampanyenya mengatakan akan menjaga hubungan baik dengan Israel, namun banyak pengamat yang meragukannya.
Dalam beberapa pernyataan sebelumnya, Mursi menyebut Israel sebagai vampir" dan "pembunuh." Seorang pengamat bahkan menyebut Mursi sebagai ikon bagi mereka yang menginginkan agenda ekstrim.
Khawatir keamanan Israel, Eli Shaked, mantan Duta Besar Israel untuk Mesir memperingatkan pemerintah baru Mesir. Dikutip dari CNN, dia mengatakan bahwa Mesir terancam tidak akan mendapatkan bantuan lagi dari AS yang jumlahnya mencapai US$1,3 miliar per tahun, jika kesepakatan damai terganggu.
Dalam ucapan selamatnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sangat berharap perundingan damai tidak rusak. "Israel memuji proses demokrasi di Mesir dan menghargai hasilnya. Israel berharap kerja sama dapat terus dilanjutkan berdasarkan perjanjian damai kedua negara, yang menjadi kepentingan dua rakyat dan menyumbang pada stabilitas regional," kata Netanyahu.