Seorang tentara Mali terlihat di dekat roket tak meledak di kota yang baru-baru ini dibebaskan, Konna, Sabtu (26/1). (REUTERS/Eric Gaillard) |
Paris (ANTARA News) - Beberapa ratus gerilyawan tewas dalam serangan udara dan pertempuran langsung di Mali sejak Prancis melancarkan serangan untuk mengusir pemberontak dari utara negara itu, kata Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian pada Selasa.
Kepada AFP, Kementerian Pertahanan mengatakan "beberapa ratus" gerilyawan tewas dalam "serangan udara (Prancis)" dan "peperangan langsung di Konna dan Gao", kota-kota yang direbut kembali di wilayah tengah dan utara. Kementerian menolak menyebut jumlah korban yang tepat akibat serangan yang dimulai 11 Januari itu.
Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan kepada televisi Prancis BFMTV bahwa pasukan Prancis telah menimbulkan "kerusakan besar pada kelompok gerilyawan" dan bahwa "beberapa ratus, sejumlah besar" dari kelompok pejuang itu tewas.
Sementara dari pihak Prancis, katanya, hanya ada seorang pilot helikopter yang tewas pada awal operasi militer dan "dua atau tiga" serdadu luka ringan.
"Tentara Mali menangkap beberapa tahanan, tidak banyak, yang harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam persidangan di Mali dan pengadilan internasional," katanya serta menambahkan "beberapa tahanan adalah petinggi kelompok gerilyawan."
Pada akhir pekan, pemimpin nomor tiga Ansar Dine (Pembela Iman), salah satu kelompok utama yang menduduki bagian utara Mali selama lebih dari 10 bulan, ditangkap di dekat perbatasan Aljazair.
Penangkapan itu telah diklaim oleh satu kelompok Tuareg yang sebelumnya bersekutu dengan gerilyawan, Azawad National Liberation Movement (MNLA). Pada Selasa MNLA menyatakan mereka bekerja sama dengan Prancis untuk menghadapi para "teroris" di wilayah tersebut.