Penjual kopi berlisensi di depan rumahnya di Havana, Kuba (Reuters/ Desmond Boylan) |
VIVAnews - Setelah membolehkan jual beli rumah, Kuba kini membolehkan petani menjual langsung produknya tanpa melalui negara. Bahkan pekan ini, sebuah perusahaan ritel Brazil masuk menjual produk di negeri yang diperintah Partai Komunis itu.
Koran Partai Komunis Granma menyatakan, para petani boleh menjual langsung produk ke pengusaha katering untuk turis mulai 1 Desember 2011. Tujuan program ini untuk meningkatkan ragam dan kualitas makanan untuk sektor pariwisata, memotong biaya transportasi dan mengurangi kehilangan makanan karena inefisiensi dalam distribusi.
"Lebih baik mengambil keuntungan dari potensi... dalam skala lokal," kata koran itu pada Senin lalu.
Pariwisata memang menjadi salah satu sumber pendapatan penting Kuba, dengan perkiraan 2,7 turis berkunjung ke pulau di Karibia ini tahun ini. Namun sektor ini terganjal masalah makanan dan pelayanan yang buruk sehingga membuat turis malas berkunjung lagi.
Aturan baru ini akan mengurangi peran pemerintah sebagai 'orang tengah' dalam distribusi dan membuat penjual dan pembeli bisa menentukan sendiri harga produk tanpa ditentukan pemerintah.
Perubahan di bidang industri makanan ini baru satu dari 300 reformasi yang diajukan Presiden Raul Castro untuk memodernisasi negeri yang dianggap masih bergaya ekonomi Soviet itu.
"Ini langkah sangat penting untuk membebaskan penjualan produk pertanian. Saya kira semakin sedikit orang antara kami dan pelanggan, akan semakin banyak makanan di pasar," kata seorang petani, Alfredo Rodriguez.
Perusahaan Brazil Masuk
Tindak lanjut penghentian larangan jual beli rumah yang berlaku sejak 1959 adalah masuknya produk dari luar negeri. Pekan ini, perusahaan ritel Brazil, TendTudo, meneken kontrak untuk memasok barang pada awal 2012 ini ke perusahaan negara Kuba, Palco.
TendTudo akan menjual produk peralatan rumah dan material konstruksi, yang diperkirakan bernilai US$400 juta per tahun di Kuba. Barang-barang itu akan mengisi 'Pusat Penjualan" Palco di Havana yang tentu lebih kecil dari versi di Brazil.
"Kuba memiliki permintaan penting untuk peralatan dan material konstruksi," kata Carlos Christensen, President Unit Internasional TendTudo kepada Reuters, Rabu 23 November 2011. "Idenya adalah memulai dari yang kecil dan menemani perubahan di pasar Kuba."
Reformasi perumahan di negeri berpopulasi 11 juta orang ini memang bukan hanya akan memicu jual beli rumah, tapi juga peningkatan kebutuhan alat dan material pembangun rumah. Larangan jual beli rumah berdekade membuat Kuba kekurangan 600.000 rumah.
IMF dan Bank Dunia
Brookings Institution di Washington, Amerika Serikat, menyambut baik reformasi Kuba ini. Menurut lembaga think tank ini, reformasi ekonomi Kuba ini bisa mendorong pluralisme politik di negeri satu partai ini.
"Untuk mendukung reformasi ekonomi Kuba, Amerika Serikat seharusnya bergabung bersama komunitas pembangunan internasional mendorong maju laju sejarah," dalam laporan yang diterbitkan Jumat lalu.
Penulis laporan, Richard Feinberg, bekas asisten Presiden Bill Clinton, meminta Presiden Barack Obama memberi perhatian khusus kepada Kuba yang lama menjadi sasaran embargo ekonomi negeri ini. Feinberg menyatakan, Kuba bergerak ke arah sistem berorientasi pasar yang kapitalistis. Ini jelas "kesempatan emas" untuk mengubah Kuba lebih terbuka terhadap sistem terbuka.
"Argument saya jelas tidak memungkiri bahwa ada gaya kelembaman (bertahan--red) di sana; jelas ada dan masih kuat. Namun ini peran komunitas internasional untuk turut mendorong daya positif untuk perubahan," kata Feinberg kepada Reuters.
Dia mencontohkan, Nikaragua dan Vietnam, yang meski sosialis, berhasil menjalin hubungan sukses dengan lembaga keuangan internasional seperti International Monetary Fund (IMF), the World Bank and the Inter-American Development Bank.
Namun ini jelas berat, karena sejak 1960-an, Kuba sudah memutus hubungan dengan IMF dan Bank Dunia. "Alat imperialisme," begitu propaganda pemimpin Kuba.