SINGAPURA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen, menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia menunjukan kemajuan dalam penanganan kabut asap yang saat ini menyelubungi Pulau Sumatera, Kalimantan dan negera tetangga Singapura serta Malaysia.
Saat berbicara kepada media di Singapura, Selasa (29/9/2015), seusai kunjungan kerja selama dua hari di Jakarta, Ng menuturkan, Indonesia berkomitmen untuk menuntaskan masalah kabut asap karena dampak negatifnya terhadap warga Indonesia sendiri.
Menteri berusia 56 itu bertemu Menko Polhukam Luhut Panjaitan dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. “Jenderal Luhut menyampaikan, dia telah mengunjungi Kalimantan, di mana indeks standar polutan bahkan melewati angka 1.000. Pemerintah Indonesia sangat menyadari bahwa asap ini memukul industri pariwisata dan menganggu penerbangan,” kata Ng seperti dikutip Today Singapore.
“Namun yang paling penting adalah pemerintah Indonesia tahu benar dampak asap ini terhadap kesehatan warga Indonesia sendiri dan bagi saya ini adalah awal yang sangat baik bahwa pemerintah berkomitmen menyelesaikan persoalan asap ini demi warga negaranya,” lanjut Ng.
Ia juga menambahkan bahwa Indonesia mengerti benar bahwa kabut asap merupakan “bencana buatan” yang seharusnya dicegah. Ia melanjutkan “Pencegahan kabut asap memerlukan upaya untuk mencegah kebakaran hutan sebelum sempat terjadi. Juga penegakan hukum untuk mencegah perusahaan melakukan slash and burning untuk tujuan komersil. Namun saya rasa yang lebih baik adalah mencegah kebakaran dibanding memadamkannya, dengan begini masalah ini punya peluang besar untuk diselesaikan. Saya yakin Presiden Jokowi secara pribadi memberi perhatian besar terhadap isu ini.”
Dalam pertemuan dengan para pejabat di Jakarta, Ng yang sebelumnya berprofesi sebagai dokter ahli kanker itu kembali menawarkan bantuan Singapura kepada Indonesia untuk mengatasi asap. Sejumlah bantuan yang dapat diberikan adalah pesawat C-130 untuk cloud seeding, helicopter Chinook, dan tenaga pasukan Pertahanan Sipil Singapura untuk ikut membantu di lapangan. “Apakah cukup atau tidak, kami menyerahkannya ke Indonesia, kami selalu dapat memberi bantuan lebih banyak,” kata Ng.