Iran - ilustrasi |
REPUBLIKA.CO.ID, Badai ekonomi yang kini menghempas banyak negara dunia akhirnya memaksa Jepang untuk mendapatkan keringanan dari Amerika Serikat (AS) dalam sanksi yang diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan Bank Sentral Iran.
Menteri Perdagangan Jepang, Yukio Edano kepada para wartawan Selasa (21/2) mengatakan, "Kami tengah berunding [tentang keringanan] dengan Amerika Serikat dan terus maju menuju kesepahaman timbal balik."
Pada 31 Desember lalu, Presiden Amerika Barack Obama menandatangani sanksi baru terhadap Bank Sentral Iran dan menetapkan hukuman bagi perusahaan atau bank yang menjalin kerja sama dengan lembaga finansial Iran.
Amerika Serikat telah melarang bank-banknya untuk bertransaksi dengan Bank Sentral Iran. Washington mengancam akan memutuskan kerja samanya dengan bank-bank di negara lain yang tetap bekerja sama dengan lembaga keuangan Iran.
Menyusul sanksi tersebut, banyak negara yang saat ini berunding dengan Amerika Serikat guna mendapatkan pengecualian dari sanksi.
Tokyo berencana akan mengurangi impor minyaknya dari Iran hingga 11 persen agar mendapat pengecualian dari hukuman yang ditetapkan Amerika terhadap bank-bank yang bekerja sama dengan Iran.
Sebuah sumber menyatakan bahwa Tokyo dan Washington telah menyepakati sejumlah persyaratan pekan lalu dan keduanya akan menandatangani kesepakatan final hingga akhir Februari nanti.
Jepang merupakan pengimpor minyak Iran terbesar ketiga. Kini tingkat impornya turun 11,7 persen, menjadi 313.000 barel per hari.
Padahal saat ini Jepang sangat memerlukan impor minyak menyusul insiden gempa dan tsunami yang menghancurkan reaktor nuklirnya tahun lalu.