Gunung Kelud, Sejarah 'Amuk' Sang Stratovulkan

Author : Administrator | Friday, February 14, 2014 09:10 WIB
Ratusan Umat Hindu melakukan ritual larung sesaji di kubah lava Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Larung diyakini sebagai penjaga keharmonisan warga dan alam.
Ratusan Umat Hindu melakukan ritual larung sesaji di kubah lava Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Larung diyakini sebagai penjaga keharmonisan warga dan alam.

 

VIVAnews - Setelah tujuh tahun tidur, Gunung Kelud bangun dan "mengamuk" pada pukul 22.50, Kamis 13 Februari 2014. Letusan masih terus terjadi hingga Jumat dini hari.

Kelud yang berada di tiga kabupaten di Jawa Timur: Kediri, Blitar, dan Malang, menyemburkan kerikil dan debu di kota-kota itu. Suara dentuman terdengar hingga Yogyakarta dan Solo.

Di kota Kediri yang jaraknya lebih kurang 37 km, terjadi hujan kerikil. Sedangkan Kota Tulungagung debu menyebar sangat tebal. Jarak pandang Jalan Raya Kediri-Tulungagung hanya 15 meter. Warga di sekitar Kelud diminta mengosongkan wilayah dengan radius 10 km dari Kelud.

Dalam sejarah, Gunung Kelud termasuk dalam tipestratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosif. Seperti banyak gunung api di Pulau Jawa, Kelud terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. 

Sejak tahun 1300, gunung ini tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek sekitar 9-25 tahun. Gunung Kelud merupakan gunung api yang berbahaya bagi manusia.

Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah yang ada hingga akhir tahun 2007. Saat terjadi erupsi, lahar letusan sangat cair keluar dan membahayakan penduduk sekitarnya. 

Akibat aktivitas tahun 2007 yang memunculkan kubah lava, danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan air. Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat daya runtuh terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu. 

Puncak Kelud adalah yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan Puncak Sumbing di sisi selatan.

Aktivitas Kelud
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.

Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 yang memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin yang menyapu pemukiman penduduk.

Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.

Pada 1919, erupsi Gunung Kelud menyebabkan sebanyak 5.160 jiwa meninggal dan merusak sampai 15.000 ha lahan produktif. Aliran lahar dingin mencapai 38 km dan tak mampu ditampung bendung penahan lahar di Kali Badak.

Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama. 

Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik

Gunung Kelud juga pernah meletus hebat pada tahun 1990. Saat itu letusan terjadi hingga 45 hari. Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung itu. 

Terakhir, aktifitas Kelud meningkat pada September 2007 lalu. Terjadi peningkatan suhu air danau kawah, kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. 

Status Awas (tertinggi) dikeluarkan oleh PVMBG sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung. Sebanyak 135.000 jiwa mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.

Aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. 
Pada tanggal 3 November 2007, suhu air danau melebihi 74 derajat celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak.

Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan. Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah pada November 2007 hingga berukuran selebar 100 m. 

Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.

Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi Siaga.

Danau kawah Gunung Kelud praktis hilang karena kemunculan kubah lava yang besar. Saat ini tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.

Saat ini, suhu Gunung Kelud mencapai 55 derajat dan trennya terus naik. Meski mengalami peningkatan aktivitas sejak akhir 2007 dan ditetapkan dalam status Awas (tertinggi), Gunung Kelud tidak benar-benar meletus. Kini Gunung Kelud kembali menggeliat, seberapa siapkah kita?

من المقطوع: http://nasional.news.viva.co.id
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: