Ilustrasi |
JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah akan kembali diuji kekuatannya pada perdagangan Rabu (17/12/2014). Sentimen eksternal, terutama indeks dollar AS, menjadi salah satu penentu pergerakan mata uang garuda.
Aksi jual di pasar global masih terasa hingga dini hari tadi melihat S&P 500 yang kembali turun 0,85 persen. Harga minyak Brent turun hingga ke bawah 60 dollar AS per barrel dipicu data manufaktur China yang buruk.
Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia, fokus terhadap situasi di Rusia perlahan mulai terbagi menjelang FOMC meeting yang akan disimpulkan hasilnya pada Kamis (18/12/2014) dini hari yang juga ditandai oleh turunnya indeks dollar AS dini hari tadi. Inflasi AS juga ditunggu nanti malam, diperkirakan turun ke 1,4 persen secara tahunan.
Tekanan pelemahan rupiah yang sempat kembali memuncak pada pembukaan kemarin mereda setelah jeda siang. Terlihat BI yang melakukan intervensi secara intensif ketika rupiah di kisaran Rp 12.900-13.000 per dollar AS. BI juga terlihat aktif di pasar SUN sehingga membuat imbal hasil SUN 10 tahun turun walaupun tipis.
Hari ini rupiah berpeluang menguat dengan dollar AS yang tertekan menjelang FOMC meeting. Pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen, yang pesimistis terhadap AS akan membantu penguatan rupiah.