Bumdes Andal Berdikari yang berdiri pada Oktober 2014 memiliki tiga unit usaha, yaitu perkebunan sawit, pariwisata, dan simpan pinjam.
Direktur Bumdes Andal Berdikari, Yazi Suardi, mengatakan unit usah perkebunan sudah ada sejak 2008. "Saat itu berawal dari bantuan alokasi dana desa sebesar Rp100 juta dalam bentuk lahan seluas 5 hektare. Pada 2014, setelah Bumdes Abdal Berdikari berdiri, kemudian diserahkan kepada kita," kata Yazi.
Sejak ditangani Bumdes, perkebunan sawit itu mendapat perawatan yang bagus. Pemupukan, perawatan, hingga panen dikerjakan kelompok masyarakat desa dengan upah bervariasi.
Pada 2015, unit perkebunan sawit itu sudah memproduksi tandan buah sawit sebanyak 77.2 ton atau sekitar 6,4 ton per bulan. "Total penghasilan kotor Bumdes dari penjualan TBS dalam setahun mencapai Rp83 juta lebih," ujarnya.
Uang hasil penjualan itu digunakan untuk membayar upah pekerja, seperti untuk panen Rp150 per kg dan buang pelepah sawit Rp2,5 juta tiap 5 hektare.
Berawal dari perkebunan sawit, pengurus Bumdes membentuk unit simpan pinjam. Dengan modal awal dari dana desa sebesar Rp83 juta, unit simpan pinjam itu beroperasi dan diperuntukkan warga yang membutuhkan pinjaman, seperti pembelian pupuk.
"Unit simpan pinjam ini kita bentuk karena khawatir banyak warga yang pinjam uang untuk modal lewat tukang kredit atau bank keliling," kata Yazi.
Lantaran modal terbatas, pinjaman dibatasi hanya Rp2 juta, dengan jasa pinjaman 15% untuk 10%. "Setiap pinjaman Rp2 juta kita kenai jasa pinjaman 15% atau Rp2,3 juta selama 10 bulan," jelasnya.
Saat ini dana simpan pinjam sudah mencapai Rp151 juta. Saat ini unit lain yang siap dikembangkan ialah unit jasa pariwisata. Di desa tersebut ada dua potensi wisata yang layak dikembangkan, yakni Air Terjun Mawar bertingkat tujuh dan hutan raya Rimbe Mambang.
Kedua potensi pariwisata itu hingga kini belum digarap secara maksimal. Bumdes Andal Berdikari ini meraih penghargaan sebagai Bumdes terbaik yang diberikan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. (N-3)