KOMPAS.com/Nabilla tashandra
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/10/2016)
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, agama harus dijadikan sebagai fondasi menjaga kebersamaan, kesatuan, dan persatuan bangsa, khususnya dalam situasi politik yang sedang memanas karena pilkada serentak 2017.
Menurut Lukman, kontestasi pilkada kerap menimbulkan gesekan di antara masyarakat karena perbedaan pandangan dalam pemberian dukungan pasangan calon.
"Sebagaimana kita tahu, pilkada seringkali menimbulkan semacam friksi di tengah masyarakat karena pandangan berbeda antara satu dengan yang lain," ucap Lukman usai pertemuan bersama para tokoh agama di Kementerian Agama, Jakarta, Jumat (14/10/2016).
Untuk meredam gesekan tersebut, kata Lukman, agama harus dihadirkan sebagai faktor positif dalam konteks demokrasi.
Ini dilakukan dengan menggunakan agama sebagai penumbuh kesadaran masyarakat dalam menjaga perdamaian dan kerukunan antar-umat.
"Yang tak kalah penting, agama juga harus digunakan untuk menumbuhkan kesadaran agar kita mampu menjaga persaudaraan dan pada akhirnya menimbulkan kesejahteraan perdamaian hidup bersama," kata Lukman.
Selain itu, Lukman juga meminta agama tidak malah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menebarkan kebencian, sehingga merusak kerukunan umat yang sudah dipupuk sejak lama.
"Bahkan mengancam integritas keutuhan kita sebagai bangsa," tutur Lukman.
Lukman berharap pandangan ini bisa dipahami oleh semua masyarakat Indonesia, termasuk pasangan calon kepala daerah, tim sukses, dan awak media massa.
"Kami meminta pandangan ini bisa dipahami oleh semua masyarakat Indonesia, khususnya bagi semua pasangan calon yang ada di tingkatan provinsi maupun kabupaten/kota, juga di kalangan tim sukses dan media," tutur Lukman.
"Kami imbau untuk menjadikan agama sebagai hal yang positif, untuk hal-hal yang sifatnya promotif, bukan yang konfrontatif. Jadi jangan agama untuk menjelekkan, mendiskreditkan dan hal-hal negatif yg lain," kata politisi PPP itu.
Penulis | : Dimas Jarot Bayu |
Editor | : Bayu Galih |