Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa |
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meluruskan pemberitaan soal peristiwa kelaparan yang terjadi di berbagai kabupaten di Nusa Tengara Timur. Menurut dia, apa yang terjadi di sana bukanlah kelaparan, melainkan rawan pangan akibat gagal tanam dan panen.
Khofifah mengaku sudah mengirimkan tim sejak empat hari lalu untuk memeriksa kondisi lapangan.
"Yang kami temukan mereka itu rawan pangan, bukan kelaparan. Kenapa rawan pangan? Karena mereka ada gagal tanam dan gagal panen," ujar Khofifah di Istana Kepresidenan, Jumat (26/6/2015).
Menurut dia, masyarakat di sana masih memiliki kemampuan untuk tetap berladang. Maka dari itu, pemerintah pun memutuskan membantu menghidupkan kembali ladang mereka dengan membuat sumur-sumur bor yang dilaukan Kementerian Pertanian. Satu sumur bor akan mampu mengaliri air hingga 12 hektar ladang.
"Kalau ada suplai air dari sumur bor cukup membangun survavibilitas dari hidup mereka," kata Khofifah.
Khofifah juga menampik bahwa Kemensos salah menyalurkan bantuan sehingga masyarakat yang membutuhkan justru tidak terkena bantuan. Menurut Khofifah, dia sengaja mendatangi sekolah lantaran sekolah itu ditunjuk kepala desa sebagai lokasi yang paling memungkinkan mengumpulkan ribuan orang.
Khofifah pun mengaku sudah memeriksa rumah terdekat hingga terjauh untuk melihat apakah bantuan sampai atau tidak. Khofifah juga menyatakan dirinya mengecek langsung pemberitaan media soal warga yang mulai memakan kayu dan biji asem karena kelaparan.
Sebanyak 11 anak balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia akibat terkena gizi buruk dalam kurun waktu lima bulan. Data ini sesuai dengan laporan dari Dinas Kesehatan di kabupaten/kota dalam rentang waktu bulan Januari 2015 sampai 31 Mei 2015. (Baca: Dalam Lima Bulan, 11 Anak Balita Meninggal karena Gizi Buruk)
Sebelas anak balita yang meninggal akibat gizi buruk tersebut berasal dari Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Secara keseluruhan, dari 330.214 anak balita yang ditimbang di 21 Kabupaten dan satu kota di NTT, terdapat 1.918 anak balita yang menderita gizi buruk tanpa kelainan klinis, 10 anak balita yang menderita gizi buruk dengan kelainan klinis. Sementara itu, terdapat 21.134 balita yang menderita gizi kurang.