Para Tamu Spesial di Istana

Author : Administrator | Wednesday, August 12, 2015 10:51 WIB
Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memberikan pernyataan terkait reshuffle kabinet pada hari ini, Rabu (12/8/2015). Wakil Presiden Jusuf Kalla memastikan, Presiden akan melakukan perombakan kabinet. Hal itu dilontarkannya setelah melakukan pertemuan empat mata dengan Jokowi pada Selasa (11/8/2015) malam. 

Beberapa waktu belakangan, sejumlah tamu menyambangi Istana. Sejumlah nama disebut-sebut akan menjadi penghuni baru Kabinet Kerja. Siapa saja mereka?

1. Hashim Djojohadikusumo 

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menjadi tamu spesial Istana di tengah kuatnya isu perombakan kabinet. Dua kali ia menyambangi Istana. Pertama, pada 23 Juli lalu dan beberapa hari setelahnya. Namun, kedatangan Hashim bukan untuk bertemu Jokowi, melainkan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan yang selama ini menjadi penghubung Jokowi dengan partai-partai politik.

Seusai pertemuan, Hashim mengakui, reshuffle menjadi salah satu pembicaraannya dengan Luhut. Ia menegaskan, seluruh partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih lebih baik tetap berada di luar pemerintahan.

"Saya kira mungkin lebih baik kalau saya pribadi lebih baik ada yang di luar supaya bisa jadi penyeimbang. Jadi lebih elok KMP di luar pemerintah," ujar Hashim di istana kepresidenan, Kamis (23/7/2015).

Menurut dia, KMP masih dibutuhkan berada di luar pemerintahan untuk melakukan pengawasan.

"Kalau KMP masuk pemerintah, nanti tidak ada oposisi, tidak ada check and balances. Saya kira Pak Jokowi tahu itu dan kami tetap bersahabat meski berada di luar," ujar dia. 

2. Darmin Nasution dan Alexander Rusli

Mantan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dan CEO Indosat Alexander Rusli pernah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara diam-diam pada 3 Juli lalu. Pertemuan mereka dengan Jokowi tidak masuk dalam agenda resmi kepresidenan. 

Seusai pertemuan, Darmin memilih bungkam. Sementara, Alex menjelaskan bahwa pertemuan itu hanya untuk membahas sejumlah masalah ekonomi.

"Enggak, cuma ngomongin ekonomi. saya cuma kasih support soal infrastruktur telekomunikasi untuk keterangan Pak Darmin," ujar Alex, seusai pertemuan.

Menurut Alex, pertemuan berlangsungsingkat dan tak secara spesiifk membahas kasus-kasus tertentu. Menurut dia, Presiden hanya berdiskusi dan bertanya soal kondisi perekonomian kepada Darmin.

"Pak Darmin bicara soal ekonomi, bagaiman uang trickling down dari atas ke bawah sudah mulai terasa di pasar mulai baik. Ya saya nambahin masalah modal money, financial intrusion, nothing special," kata dia.

Alex mengaku dirinya turut dipanggil Jokowi karena kerap berdiskusi dengan Darmin.

"Jadi saya cuma tim pendukung pak Darmin. Ha-ha-ha," kata dia.

3. FX Hadi Rudyatmo

Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menjadi salah satu "teman curhat" Presiden Jokowi hingga saat ini. Mantan kolega Jokowi di Solo dulu itu sudah berkali-kali keluar masuk Istana. Namun, yang terakhir, Rudy diketahui dipanggil Jokowi pada tanggal 1 Juli lalu.

Pada pertemuan itu, Rudy menyatakan Presiden lebih banyak bercerita. Dia pun memberikan saran agar dalam setiap langkahnya, Jokowi jangan sampai terjebak pada masukan-masukan yang tak benar dari para orang-orang di sekitarnya.

Sebagai salah seorang yang mengenal Jokowi sejak lama, Rudy mengaku kerap berdiskusi.

"Menjadi pendengar yang baik. Jadi saya selalu sampaikan mendengar, melihat, berbuat dulu. Jadi jangan berbuat baru mendengar," kata Rudy soal pesannya kepada Jokowi. 

4. Sebelas ekonom

Pihak lain yang ditemui Jokowi adalah para ekonom, tepatnya pada tanggal 29 Juni lalu. Ada sebelas ekonom yang dipanggil Jokowi ke Istana. Mereka diajak diskusi soal kondisi perekonomian yang kian terpuruk.

Kesebelas ekonom itu adalah Arif Budimanta, Imam Sugema, Hendri Saparini, Djisman Simanjuntak, Anton Gunawan, Destry Damayanti, Prasetyantoko, Poltak Hotradero, Tony Prasetyantono, Lin Che Wei, dan Raden Pardede.

Analis perbankan yang kini menjadi staf khusus Menteri Koordinator Perekonomian, Lin Che Wei, mengungkapkan di dalam pertemuan itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kecewa atas kinerja beberapa menterinya. Salah satu kekecewaan yang diutarakan presiden adalah lamanya dwell time di Pelabuhan Tanjung Priok.

"Presiden menyampaikan kekecewaannya ke menteri-menteri tertentu. Tapi saya bilang nggak etis disebutin," ujar Che Wei usai pertemuan di Istana Kepresidenan, Senin (29/6/2015).

Kepada Jokowi, para ekonom memberikan sejumlah usulan terkait dengan lambatnya perekonomian. Salah satunya adalah soal konsistensi program pemerintahan.

5. Syafii Maarif

Selain Wali Kota Solo, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif juga menjadi tempat "curhat" Jokowi. Buya, demikian pria itu akrab disapa, selalu dihormati setiap pendapatnya oleh Jokowi.

Syafii pun kerap hadir ke Istana ketika Jokowi akan membuat keputusan genting seperti dalam pembatalan Komjen Budi Gunawan menjadi calon Kapolri hingga masalah perombakan kabinet yang kini mencuat. Syafii tampak menemui Jokowi pada tanggal 29 Juni.

Ia mengatakan, Jokowi konsultasi soal reshuffle.

"Sudah delapan bulan, sudah agak mendesak soalnya. Apakah ditunggu sampai setahun, saya enggak tahu, saya enggak mau mencampuri," ujar dia.

Menurut Syafii, yang terpenting adalah menteri baru nantinya bisa membantu Jokowi dengan bekerja optimal, meringankan beban Presiden, dan tak peduli latar belakangnya kader partai politik atau profesional nonpartai.

Ia berharap Jokowi mengambil keputusan tepat agar ekonomi Indonesia bisa segera bangkit dan martabat bangsa dapat terjaga.

Inikah enam menteri baru?

Kepastian soal siapa yang akan diganti dan siapa yang akan menggantikan akan disampaikan siang ini. (Baca: Inilah Enam Menteri Baru yang Akan Dilantik Presiden)

Berdasarkan penelusuran Kompas, keenam menteri pengganti itu adalah Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan yang akan menggantikan Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno. (Baca: Jadi Menko Polhukam, Luhut Bakal Rangkap Jabatan)

Lalu, mantan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution akan menjabat sebagai Menko Perekonomian menggantikan Sofyan Djalil. Kemudian, mantan Menko Perekonomian pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli, akan menjadi Menko Kemaritiman menggantikan Indroyono Soesilo.

Mantan pejabat Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Thomas Lembong, akan menjabat sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Rachmat Gobel. Nama lainnya adalah elite politik PDI Perjuangan, Pramono Anung, yang akan menggantikan Andi Widjajanto sebagai Sekretaris Kabinet. Terakhir, Sofyan Djalil akan menggantikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago.

Lima dari keenam menteri yang akan diganti semalam telah dipanggil Presiden dan Wakil Presiden pada pukul 19.00 WIB, atau 30 menit seusai pertemuan antara Jokowi dan JK di Istana Merdeka, Jakarta.

Wapres Kalla yang ditanya Kompas juga membenarkan soal rencana penggantian menteri di Kabinet Kerja. "Reshuffle kabinet? Ha-ha-ha...tunggulah besok (Rabu, 12 Agustus 2015)," ujar dia sambil tertawa setelah bertemu dengan Presiden.

"Di antaranya, ada menteri koordinator, menteri, dan pejabat setingkat menteri. Kalau nama-nama tunggu sajalah besok dari Presiden," kata Kalla. (Baca: Usai Pertemuan Empat Mata, Jokowi-JK Putuskan "Reshuffle" 6 Menteri)

من المقطوع: nasional.kompas.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: