Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Pusat Dr Abidinsyah Siregar (ketiga dari kiri) didampingi Ketua Umum GPPK Nurlaela Azhar Romli (kedua dari kanan), Ny. Silvia Agung Laksono (kedua kiri), Sekjen GPPK Anna Rudiantiana Sentot (kiri) dan Ketua Panitia dr Budi Suprapti (kanan) menunjukkan salam GenRe sebagai salam solidaritas dan komitmen kebersamaan dalam Sosialisasi Generasi Berencana (GenRe) di lingkungan ormas yang didirikan Kosgoro.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak ingin generasi muda Indonesia terlibat pernikahan dini, seks pra nikah dan penggunaan Napza yang berakibat masa depannya hancur, Pimpinan Kolektif Kosgoro (PPK) Kosgoro 1957 melalui ormas perempuan andalanya yakni Gerakan Persatuan Perempuan Kosgoro (GPPK) 1957 terpanggil untuk ikut membantu mendesiminasi dan mengedukasi anak bangsa menghindari ancaman tersebut.
Demikian penegasan Ketum PPK Kosgoro 1957 HR Agung Laksono saat digelarnya Sosialisasi Generasi Berencana (GenRe) di lingkungan ormas yang didirikan Kosgoro bekerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Sosialisasi GenRe dihadiri Ketum PPK Kosgoro, Ketum GPPK Nurlaela Azhar Romli, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Pusat Dr Abidinsyah Siregar, Wakil Ketua Komisi X Syamsul Bachri, Anggota DPR Azhar Romli dan Pengurus Ormas yang didirikan Kosgoro 1957 di aula Kosgoro 1957, Cipinang, Polonia, Jakarta, Minggu (9/10/2016).
Ketua Umum Kosgoro Agung Laksono meminta keluarga besar Kosgoro 1957 membantu pemerintah memecahkan penyakit masyarakat yang menjadi ancaman bangsa tersebut. Menurut Agung yang juga Ketua Dewan Pakar Partai, GPPK 1957 sebagai ormas perempuan Kosgoro 1957 dinilai sangat aktif dalam kegiatan untuk membantu pemerintah dalam upaya pencegahan ancaman terhadap generasi muda dimulai dari keluarga.
Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Pusat Dr Abidinsyah Siregar mengatakan dari apa yang dia dengar, lihat, dan temui dari semua provinsi, problem yang selalu didapati adalah di setiap daerah muncul angka permikahan dini yang cukup tinggi. "Dari kajian para ahli, adanya pernikahan dini menjadi simbol kemiskinan negara miskin dan simbol keluarga miskin," jelasnya.
Keluarga yang tidak mau miskin, lanjut Abidin, tentu tidak mau terjebak dalam pernikahan dini. Karena mereka menyadari pernikahan dini akan berakibat buruk dari semua aspek. Dari aspek kesehatan dan sosialnya. "Ini mengakibatkan mereka bisa berhenti cara berfikirnya, terutama kaum perempuan menjadi makhluk yang tidak berdaya. Maka saya meminta Perempuan Kosgoro jangan menjadi makhluk yang lemah karena perempuan menjadi tiang bagi generasi muda masa depan. Menjadi tiang negara. Apa jadinya jika tiang negara rapuh?" ungkap Abidin.
Maka semua pihak terutama Perempuan Kosgoro harus menjadi garda terdepan untuk tidak melakukan seks pranikah, mencegah pernikahan dini dengan berkomitmen menikah pada usia 21 tahun sebagai usia ideal untuk perempuan. Menurut data Kemenkes sarang kematian Ibu sebanyak 41 persen disumbang oleh perempuan usia dini dan yang tidak meninggal angka perceraian juga menunjukkan angka tinggi.
"Kalau sudah begini apa mau mau masa depan perempuan Indonesia mati sia-sia. Maka kita harus sepakat untuk tidak menikah dini. Dan juga mencegah narkoba. Karena tiap hari puluhan ribu anak bangsa meninggal karena narkoba. Semua pihak juga harus mau menastikan tidak mencobaa narkoba dimulai dari tidak merokok. Dengan begitu Generasi Muda ke depan harus lebih baik karena Remaja Genre: Sehat, Cerdas, Ceria. Genre Indonesia: Saatnya yang Muda yang Berencana," jelas Pengurus Kahmi Pusat ini.
Sementara itu Ketum GPPK Nurlaela Azhar Romli menandaskan bahwa ormas perempuan yang dipimpinnya siap memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, 8 fungsi keluarga, Triad KRR (seksualitas, HIV, dan AIDS serta Napza), keterampilan hidup, gender, advokasi dan KIE. Menurut Nurlaela masa remaja adalah masa peralihan tiap anak menuju masa dewasa sebagai penentu masa depan mereka. "Sensus Penduduk 2010 menunjukkan jumlah remaja sangat besar sebanyak 67 juta. Jumlah beaar tersebut dapat menjadi potensi bagi pembangunan bangsa meski kenyataannya permasalahan remaja masih cukup banyak,"jelas Nurlaela.
Output dari sosialisasi ini jelas dia adalah terbentuknya Pusat Informasi Konseling Remaja/ Mahasiswa (PIK R/M) yang diawali di Kelurahan Cipinang Cempedak dan kampus Institut Bisnis Informatika Kosgoro 1957.