VIVAnews – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menerima anugerah negawaran dunia (world statesman award) di markas Yayasan Appeal of Conscience kota New York, Amerika Serikat, Kamis malam waktu setempat atau Jumat pagi WIB. Penghargaan itu diberikan langsung oleh pendiri yayasan lintas keyakinan tersebut, Rabbi Arthur Schneier, dan mantan Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger.
Laman UT Sandiego, Kamis 30 Mei 2013, melaporkan Schneier mengetahui soal kontroversi pemberian penghargaan bagi SBY tersebut. Namun dalam sambutannya, dia mengatakan penghargaan yang diberikan organisasinya bertujuan sebagai pendorong agar Indonesia dapat terus mempromosikan perlindungan bagi kaum minoritas.
“Anda harus memahami bahwa tugas ini belum usai. Ini hanya merupakan langkah awal menuju arah yang benar,” ujar Schneier.
Sementara dalam sambutannya, SBY mengatakan penghargaan ini bukan ditujukan bagi dirinya semata, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. “Saya berharap dapat terus menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera,” kata SBY.
Penghargaan ini menuai kritik dari banyak kalangan. Kritik pertama dilayangkan oleh profesor filsafat Romo Franz Magnis-Suseno. Romo Magnis bahkan melayangkan sebuah surat langsung kepada AoCF dan mempertanyakan dasar pemberian penghargaan bagi SBY. Dalam suratnya itu, Franz menilai rencana pemberian penghargaan kepada SBY hanya akan mempermalukan organisasi itu sendiri.
Kritik lainnya juga dilayangkan oleh kelompok Human Rights Watch (HRW) yang menyatakan tindakan penyerangan terhadap kaum minoritas di Indonesia masih tergolong tinggi. Dalam laman Times of Israel, mereka mengatakan bukti kegagalan pemerintah RI terlihat dari masih adanya tindak kekerasan terhadap umat Kristiani, Muslim Syiah, dan pengikut Ahmadiyah.
“Tujuan dari organisasi AoCF yaitu ingin menjadi sebuah organisasi yang mempromosikan toleransi beragama. Namun fakta sederhana telah membuktikan bahwa SBY tidak melakukan hal itu,” ujar Direktur Advokasi HRW, John Sifton.
Beragam tokoh penting dunia tercatat pernah menerima penghargaan negarawan dunia ini, mulai dari mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, mantan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Protes yang diterima peraih penghargaan ini bukan hal baru. Pada tahun 2012, Perdana Menteri Kanada Stephen Harper juga menuai kritik serupa. Harper dinilai bersikap berat sebelah dalam menangani konflik Israel-Palestina. (ren)
sumber : vivanews.com