30 Kompasianer Menulis Pancasila

Author : Thamrin Sonata | Wednesday, October 01, 2014 09:51 WIB

30 Kompasianer, menulis Pancasila? Kenapa tidak?  Unik, menarik dan berwarna, malah. Karena para Kompasianer ini terdiri  atas berbagai suku: Jawa, Sunda, Batak, Bugis, Manado, Padang, Palembang  sampai China. Mereka satu juga dalam keberagaman: Pancasila.

Itu satu hal. Hal lain, para Kompasianer ini tinggal tak hanya di tanah kelahiran. Alias merantau atau terlontar karena suatu sebab. Batam, Bali, Jogja, Jakarta, sampai Papua. Bahkan hingga ke luar negeri: German, Jepang, Australia. Sehingga melihat perbandingan dari Bumi Nusantara: Indonesia tanah air beta/ pusaka abadi nan jaya. … Di sana tempat lahir beta.

Gagasan ini sempat meragukan saya. Untuk mengajak atawa menawarkan menulis secara keroyokan. Menging ingat ada yang menjawab tawaran: apa masih ada yang membaca?

Ada benarnya juga. Mengingat ini era digital. Namun, di sisi lain, memang, Pancasila menjadi terkoyak, istilah Fary SJ Oroh. Ya, manakala kita melewati Pemilihan Presiden kemarin, 2014 kita begitu miris mendengar Anak Bangsa begitu saling berseberangan hanya karena ingin disebut “benar” sendiri.  Juga untuk kemenangan.

Namun justru itulah. Sebagai semacam urug rembug, bahwa ada Pancasila yang (sedang) dilupakan. Dipinggirkan dan diabaikan. Padahal, Pancasila sebagai pegangan  bersama. Milik kita sendiri yang komplet. Bahasa lain: kenapa tak kita gunakan sebagai “penyeimbang”. Hm, istilah yang konyol kayaknya, mengingat para Kompasianer  ini bukan politisi. Cumalah orang-orang yang ada di sebuah wadah Media Warga biasa yang kerap disebut Kompasianer. Para penulis blog keroyokan di Kompasiana.

Lalu ada yang mengatakan: waduh, kayaknya berat nian temanya ya? Boleh jadi. Karena kita menstigma diri, bahwa Pancasila urusan para elite belaka. Atau kerap dibenturkan oleh para kaum yang berada di atas angin. Seolah itu urusan mereka yang piawai berteori. Termasuk bagi para politikus yang sering berbaju kepalsuan.

Dengan latar belakang dosen, pendidik, jurnalis, profesional, pensiunan hingga ibu rumah tangga biasa, toh Kompasianer bisa mengguratkan gagasan: tepatnya menceritakan apa yang dialami dan dilihat serta dirasakan perihal Pancasila. Sungguh, ini bak sebuah gado-gado yang enak dan bisa dinikmati bersama.  Dan menyehatkan.

Teman-teman Kompasianer ini adalah:

Agung Soni, Akhmad Fauzi, Ando Ajo, Bain Saptaman, Cay Cay, Cucum Suminar, Didik Sedyadi, Edrida Pulungan, Enny Soepardjono, Faisal Basri, Fary SJ Oroh, Gaganawati, Giri Lumakto, Ismail Suardi Wekke, Isson Khairul, Majawati Oen, Maria Margaretha, Mike Reyssent, Much. Khoiri, Mutiaraku, Ngesti Setyo Moerni, Puji Nurani (Bu Anni), Rifki Feriandi, Roselina Tjiptadinata, Teguh Hariawan, Thamrin Dahlan, Tjiptadinata Effendi, Tytiek Widyantari, Weedy Koshino.

من المقطوع: http://media.kompasiana.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: