Hari guru 25 November 2014
25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. . Sebuah momen yang tepat untuk instropeksi jejak pendidikan di Indonesia mengingat 3,1 juta guru yang mengajar dengan 53 jutaan peserta didik di tahun 2014. .
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengungkapkan pendidikan merupakan interaksi antar manusia, yaitu antara pendidik dan peserta didik. Menurutnya, wajah masa depan Republik Indonesia berada di kelas-kelas. “Guru (pendidik) adalah pelukis masa depan Republik ini, sehingga cara kita menghargai guru adalah cara kita menghargai masa depan,” ujarnya.
Kualitas Guru Kuncinya
Mutu pendidikan Indonesia sangat di tentukan oleh kualitas pengajar.
Guru berstatus PNS sudah sangat sejahtera jauh di atas rata-rata PNS pada umumnya (kementrian dan lembaga). Tuntutan guru harus profesional tidak bisa di tolak lagi. Potret halaman sekolah menjadi seperti show room mobil sebagai implikasi meningkatan kesejahteraan signifikant GURU negeri di DKI Jakarta khususnya yang sangat mengganggu mata hati . Guru beralih kesibukan mengurusi kontrakan yang semakin banyak pintunya alih-alih meningkatkan profesionalitas dan kualitas bahan ajar bukan omong kosong semata. Ditambah mencari tambahan uang melalui kedok sumbangan sukarela.
Tantangan Pendidikan Indonesia
SADAR PAK, BU GURU!
Menjadi guru adalah berbagi hidup, bukan sekadar transfer pengetahuan belaka!
Tantangan jaman sudah berubah. Siswa sekarang akan dihadapkan pada pasar kerja global. Artinya untuk bisa bersaing di pasar kerja global mereka perlupendidikan global. Siswa sekarang adalah pemilik jaman digital. Mereka adalahdigitallya native, sedangkan para guru adalah digitally immigrant. Kesadaran ini akan berimplikasi besar jika dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh para pendidik kita. Sehingga jargon “ARSITEK JIWA” seperti judul diatas dapat menghantar siswa menghadapi tantangan jamannya masing-masing.
Situasi Pendidikan Indonesia
Mendiknas lebih dikenal dengan kementrian dengan alokasi dana APBN yang besar. Sepertinya tergopoh-gopoh memberdayakan anggaran menjadi program-program transformatif pendidikan Indonesia.
Birokrasi pendidikan utamanya untuk menopang sekolah. Birokrasi yang tidak berorientasi melayani hanya akan jadi beban yang tidak perlu yang harus dibawa kemana-mana. Karena jika birokrasi sarat dengan korupsi, birokrasi sekolah juga akan sarat korupsi.
Implikasi penghentian menggunakan kurikulum 2013 yang sedang berjalan dan kembali ke kurikulum sebelumnya menunjukkan ketidakjelasan arah pendidikan Indonesia. Kurikulum yang baik ditentukan oleh alumninya. Belum juga dihasilkan alumni, belum juga evaluasi kurikulum dilakukan, sudah secara sepihak kurikulum di rubah-rubah lagi.
Kalau kualitas guru yang bermasalah, jangan kurikulum yang dirubah dong!pembangunan kapasitas tenaga didik melalui pendidikan dan pelatiahan dan refreshing yang rutin, terukur dan terbatas waktu adalah solusi yang perlu diambil. Akses terhadap ilmu pengetahuan sudah terbuka luas. Pemanfaatan internet dan semua perangkatnya sudah menjadi keharusan. Hal ini yang sulit di ikuti olehpendidik senior yang tegopoh-gopoh menghadapi tuntutan jaman digital ini.
Melek huruf sudah tidak cukup! Yang perlu sekarang melek informasi. Siswa harus diberi kemampuan untuk menghasilkan pertanyaan yang tepat untuk dirinya sendiri. Selanjutnya menelusuri informasi yang di inginkannya dan menggunakan informasi yang diperoleh untuk keputusan -keputusan hidupnya. Keterampilan seperti ini mungkin yang diperlukan oleh siswa jaman digital ini. Pragmatis dan implikatif.
Doktrin bahwa belajar adalah “apa yang tersisa setelah kita tidak mempelajari lagi”, harus dipegang kuat oleh para siswa dan pendidik. Saya belajar sampai saya bisa membagikannya dengan orang lain dengan bahasa yang sederhana senada dengan ungkapan Einstein. Seperi Einstein mengungkapkan
“If you can‘t explain it simply, you don’t understand it well enough.” - AlbertEinstein
Selamat hari guru, selamat bertranformatif, selamat bekerja.
Banyak yang harus dibereskan sebelum 2015, Masyarkat Ekonomi Asean akan dimulai dan liberalisasi pendidikan dibuka seluas-luasnya. Siapa yang tidak siap akan di mangsa oleh predator yang lebih buas. Sudah siap kah Pendidikan Indonesia Pak Anies Baswedan yang terhormat??
Jakarta Poesat, 25 November 2014