Pemilhan umum untuk memilih calon Presedent (Pilpres) belum lagi dimulai tapi nampaknya persaingan sudah dimulai memanas. Ini nampak terlihat dari orasi beberapa Capres yang diusung oleh beberapa parpol peserta pemilu(walaupun sebenarnya belum tentu partai pengusung tersebut memenuhi syarat atau ambang batas dalam mengajukan calon presedent dari partai sendiri).
Orasi orasi dari capres capres tersebut cendrung menyerang capres capres dari partai lain. Bukannya mengemukakan visi dan misi serta program apa yang akan ditawarkan kepada masyarakat pemilih tapi lebih cendrung menyerang hal hal yang bersipat negatif dari calon presedent pesaingnya. Istilahnya kempanye hitam atau menjelek jelekan pribadi atau karekter dari calon presedent dan partai yang akan menjadi rivalnya dalam pemperebutkan kursi nomor satu di Republik ini.
Seperti beberapa hari yang lalu seorang capres dari sebuah partai ketika dalam kampanyenya menyerang pribadi capres lainnya. Dalam orasinya capres ini menyerukan kepada kepada masyarakat agar tidak memilih partai yang suka bohong dan ingkar janji, capresnya boneka yang bisa dikendalikan oleh orang yang memberi mandat, tidak amanah dan mencle mencle dan seterusnya.
Ketika ada yang memberi saran kepadanya agar berkempanye dengan santun dan memaparkan program program dari partainya saja, capres ini dengan jumawa berkilah buat apa santun tapi menjual negara kepada pihak asing. Buat apa santun tapi maling. Boleh santun tapi ingkar janji. Boleh santun tapi tidak amanah dan seterusnya. Mungkin apa yang dikatakan oleh capres ini ada benarnya juga. Tapi capres ini lupa dia juga tidak bagus bagus amat pribadinya. Dia lupa, dulu ia tukang tangkap para aktivis yang bersebrangan pemikiran dengannya dan tukang menghilangkan orang tampa ketahuan rimbanya. Apakah capres ini tidak sadar bahwa orang bisa balik mencemoohkannya. Jangan pilih pemimpin yang suka menangkapi orang dan mensukabumikannya. Boleh santun tapi nangkapin dan menghilangkan orang jalan terus. Bagaimana perasaan capres ini seandainya capres capres lain dalam kanpanyenya atau orasinya mengatakan hal hal yang demikian. Mungkin dia akan mengatakan bahwa kempanye itu tidak boleh menyerang pribadi tapi program serta misi dan visi lah yang harus disampaikan kepada masyarakat.
Pada akhirnya masyarakat juga sadar, calon pemimpin yang menjelek jelekan calon pemimpin lainnya bukanlah pemimpin yang baik dan dapat diberi amanah dalam memimpin Republik ini. Masyarakat rindu dengan pemimpin yang suka merakyat, rendah hati dan tidak sombong dan bisa membawa masyarakat dalam kesejahteraan. Cukup sandang, pangan dan memiliki tempat tinggal yang layak untuk dihuni. Pemimpin seperti ini bisa dilihat dari tingkah lakunya dan bagaimana perangainya dalam berorasi dan berkempanye. Tentu kita masih ingat pertarungan antara Obama dan Bill Clinton dalam pemilihan Presedent Amerika Serikat. Obama tidak pernah menyerang pribadi Clinton walaupun kita semua tahu Clinton pernah terlibat skandal seks dengan seorang pegawai magang Gedung Putih.