(catatan kritis terkait praktek-praktek pendidikan)
Landasan filosofi serta tujuan yang ingin dicapai antara kedua sektor ini (industri dan pendidikan) sesungguhnya berbeda. Oleh karena itulah sepatutnya, mendidik dan membentuk karakter anak didik kita jangan disamakan atau diidentikkan dengan kegiatan industri dalam memproses raw material menjadi finished goods, Hal ini mengingat anak sebagai manusia merupakan makhluk unik, penuh misteri dan dinamis.
Konsep industrialisasi pendidikan yang dimasyarakatkan oleh sebagian pihak dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan bisa jadi disebabakan pemikiran yang terkontaminasi dan dipengaruhi konsep ekonomi liberal dengan berbagai prinsip dan nilai-nilai yang melekat. Sistem ekonomi liberal yang dibawa dari Barat memiliki worldview dan pakem tersendiri yang identik atau seolah bak ajaran agama yang mesti mereka patuhi.
Worldview bisa dimaknai sebagai basic belief system, atau sistem dasar perangkat keyakinan, kepercayaan dan norma yang mengarahkan seseorang berperilaku, berpikir, berinteraksi dalam kegiatannya di dunia ini. Dengan keyakinan mereka tersebut, kebenaran agama (wahyu Illahi) sebagai penuntun kehidupan manusia tidak dipercayai bahkan bisa dianggap menghalangi kebebasan berkreasi, maka worldview mereka itu seolah sebuah ajaran agama.
Hebatnya lagi pemikiran mereka (Barat) berhasil memengaruhi umat lain termasuk umat Islam dengan merasuki tata cara pemikiran dan produk pemikirannya sehingga mengikuti worldview Barat tersebut. Dahsyatnya daya pengaruh mereka sehingga bisa mempengaruhi kiprah dan kerja umat Islam diberbagai bidang kehidupan.
Supaya tidak terperangkap dalam worldview Barat hal yang perlu untuk dilakukan adalah memperkuat pemahaman agama dengan mendekatkan diri pada ayat-ayat qawliyyah (al Quran dan Hadist) tidak semata-mata pada ayat-ayat kauniyyah (penelitian, observasi, sains dan teknologi) saja. Proses dan kegiatan pendidikan dalam wujud implementasi dari ayat - ayat kauniyyah tidak bisa dipisahkan dari ayat-ayat qawliyyah karena Islam sesungguhnya tidak mengenal pemisahan yang dikotomik antara sains dan agama. Dikotomisasi dalam sejarahnya dipratekkan oleh Barat dari sudut pandang pemahaman agama yang diyakininya manakala sains berpautan dengan otoritas keagamaan mereka. Wallahu a'lam