Kasus kematian Wayan Mirna Salihin, wanita muda berusia 27 tahun setelah meminum kopi khas Viatnam di kafe elit Oliver Mall Grand Indonesia Jakarta, sampai saat ini belum terungkap siapa pelakunya. Berdasarkan keterangan pihak Polisi Polda Metro Jaya yang menangani kasus ini, minuman kopi khas Viatnam yang diminum oleh Mirna mengandung racun sainida. Minuman yang telah dicampur dengan racun inilah yang membuat Mirna kejang kejang setelah meminumnya, walaupun sempat mendapat pertolongan medis, namun nyawanya tidak tertolong. Mirna menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dalam kejadian ini Mirna ditemani oleh dua orang temannya, yang satu alumni ketika kuliah disalah satu perguruan tinggi di Australia., Hani dan Jasica Kumala Wongso. Jasicalah yang datang terlebih dahulu kekafe Oliver itu. Dan Jasica pula yang memesan minuman kopi khas Viatnam untuk Mirna, sebelum Mirna dan Hani datang. Berka[tan dengan kematian Mirna pihak Polisipun telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), serta telah melakukan pmeriksaan terhadap saksi saksi. Mulai dari teman Mirna yang sama berada di kafe itu, Jasica dan Hani. Kemudian memeriksa pelayan kafe, Pembantu Rumah Tangga (PRT) Jasica, mengumpulkan data data rekaman CCTV, dan meminta keterangan dari saksi saksi ahli , sampai kepada melakukan koordinasi dengan pihak Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Agar BAP tentang kematian Mirna menjadi P21. Namun sampai saat ini pihak Kepolisian Polda Metro Jaya belum juga dapat mengungkap siapa pelaku yang menaruh racun sianida didalam minuman Mirna, sehingga motif dari pembuhuhan Mirnapun menjadi Misterius. Walaupun sebelumnya pihak Polri melalui Direktur Reskrimmum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti dalam menjawab pertanyaan wartawan mengatakan, pihak Polisi telah mengantongi nama terduga pelaku dengan 4 alat bukti. Siapa pelaku pembunuh Mirna akan diumumkan dalam waktu dekat. Pernyataan yang disampaikan oleh Komber Krishina Murti ini tentu mengundang pertanyaan. Setelah waktu yang disebutkan Krisna terlewati, namun pihak Polisi tak jua mampu mencari pelaku siapa sebenarnya yang melakukan pembunuhan kepada Mirna dengan menaruh racun sainida pada minumannya. Atau pernyataan yang disampaikan oleh Kombes Krishna Murti, hanya untuk sekedar menutupi ketidak mampuan pihak Polda Metro Jaya untuk mengungkap siapa pelaku pembunuh Mirna. Pada hal Polisi katanya sudah memiliki 4 alat bukti untuk menetapkan tersangkanya. Sementara berdasarkan hukum 2 alat bukti saja sudah cukup untuk menjerat pelakunya, apa lagi dengan adanya 4 alat bukti, tentu lebih dari cukup. Atau memang 4 alat bukti yang dimiliki oleh pihak Polri adalah 4 alat bukti yang do’ib, tidak 4 alat bukti yang sahih. Yang memiliki dalil dalil yang lemah, sehingga pihak Polri ragu untuk menetapkan tersangkanya, karena ada celah celah hukum yang dapat mempraperadilkan Polisi. Jika 4 alat bukti yang dimiliki oleh pihak Polisi merupakan alat bukti yang sahih dengan dalil dalil yang tidak terbantahkan, tentu pihak Polisi tak memiliki keraguan untuk menetapkan tersangkanya. Atau memang ada koorporasi lain dibalik pengungkapan dalam kasus meninggalnya Mirna, tentu hanya pihak Polisilah yang tahu. Untuk mengungkap siapa sebenarnya pelaku pembunuh Mirna, Polisi kita perlu untuk mengundang detective Conan yang diperankan oleh Shinchi Kudo, dalam komik dan filim serial aminasi karya Aoyama Ghoso. Sinchi Kudo yang beralih nama menjadi Conan Degawa, diracun oleh sekelompok orang yang memakai jubah hitam. Racun yang digunakan oleh kelompok jubah hitam ini adalah racun apotaxin. Kelompok Jubah Hitam ingin membunuh Conan, karena Conan memiliki kepiawaian dalam mengungkap kasus kasus criminal yang pelik sekalipun. Akan tetapi Conan tidak mati oleh racun itu. Conan hanya berobah bentuk menjadi kecil seperti anak anak. Walaupun Conan berubah ujud menjadi anak anak, akan tetapi daya nalar, serta kecerdikannya tidak mengurangi analisanya dalam mengungkap suatu kejadian. Hal ini telah dipupuknya sejak Conan masih duduk dibangku sekolah SD. Conan sejak kecil menyukai pekerjaan untuk menjadi seorang detective, maka sejak usianya masih muda belia, Conan sudah mempelajari ilmu ilmu tentang kedetective an. Dan setelah besar, ketika ia menduduki bangku sekolah setingkat SMA di Indonesia, konan menjadi detective terselubung dengan menggunakan tubuh seorang detective bayaran, yang kebetulan adalah ayah dari temannya Ran Mouri. Conan mampu mengungkap sutau kasus pembunuhan yang rapi, dimana Polisi tidak mampu untuk mengungkapkannya. Akan tetapi Conan dapat mengungkapkannya, siapa pelaku pembunuhan, dan motif dari dilakukannya pembunuhan itu. Kasus yang selama ini gelap bisa menjadi terang benderang dibuat Conan. Cerita tentang Detective Conan memang hanya ada didalam cerita buku komik, kemudian diangkat kelayar kaca sebagai film serial amanasi yang beredar di Indonesia. Kendatipun Detective Conan hanya ada dalam cerita, tapi bukankah sebuah cerita terinspirasi dari kejadian kejadian yang nyata, yang terjadi dialam nyata pula. Maka tidaklah terlalu berlebihan, jika Polisi kita tidak mampu untuk mengungkap misteri siapa sebenarnya pembunuh Mirna? Undanglah Detective Conan dan pengarang bukunya untuk mengungkap misteri pembunuh Wayan Mirna Salihin yang sebenarnya.