Rasanya tidak terlalu keliru jika ingin mengatakan PILPRES tahun ini memiliki nilai lebih. Hal itu tercermin dari hiruk pikuknya pembicaraan/ pembahasan dua kandidat, Jokowi & Prabowo diberbagai media.
Saya baru saja duduk lagi untuk menulis, setelah lelah hilir mudik di berbagai media, membaca dan membaca argumen kedua pendukung, Jokowi dan Prabowo. Dan saya tiba pada KESIMPULAN, bahwa kedua kandidat telah berhasil menciptakan dua kelompok aliran, yaitu RASIONAL dan EMOSIONAL.
PRABOWO berhasil menciptakan aliran RASIONAL dan JOKOWI aliran EMOSIONAL.
PRABOWO
Dikatakan Rasional, karena perdebatan di banyak forum online dan perdebatan di media lainnya, yang saya ketahui, kebanyakan pendukung Prabowo lebih kalem, sebaliknya pendukung Jokowi sering memaki, menghujat, memojokkan (emosional).
Isu keterlibatan Prabowo pada kasus penghilangan paksa atau penculikan aktifis, dan sifat Prabowo yang temperamental, tidak mengurungkan niat orang mendukungnya karena mereka yang berpikir rasional beranggapan kasus HAM yang dituduhkan kepada Prabowo secara hukum TIDAK TERBUKTI, maka secara RASIONAL, tidak bisa mempersalahkan atau menghukum orang yang oleh Hukum Negara TIDAK DINYATAKAN BERSALAH.
Mereka yang mendukung Prabowo juga memandang temperamental Prabowo, secara rasional dibutuhkan untuk negara yang sudah susah dibilangin baik-baik. Mereka melihat A HOK, anak didik Prabowo, bahwa Prabowo tidak pernah menegur temperamental A HOK, karena A HOK sudah sedemikian saja, bawahannya masih saja coba-coba bahkan korupsi beneran.
Cita-cita Prabowo yang dituangkan dalam “6 Program Aksi Transformasi Bangsa Partai Gerindra 2014-2019“, juga bukan baru ditulis kemarin karena ingin jadi CAPRES, tapi sudah menjadi mimpi Prabowo di periode sebelumnya, dan tetap KONSISTEN diusung sampai sekarang. Ini juga yang dipandang oleh pemilih, bahwa ada keinginan yang sungguh untuk memperbaiki negeri ini.
Jadi dalam banyak hal, pemilih Prabowo lebih melihat Prabowo dengan rasional.
JOKOWI
Setiap hari blusukan, turun ke gorong-gorong, menerjang banjir, menerjang api kebakaran, semuanya itu menimbulkan haru biru, merupakan “barang baru”, karena tidak ada pejabat kita yang mau melakukan hal demikian, sehingga menimbun emosi di dalam hati sebagian orang, yang kini mendukung Jokowi. Jadi kalau mau jujur, sebenarnya, niat untuk mendukung Jokowi, lebih banyak karena aksi-aksi merakyat itu, adapun soal prestasi atau karya nyata, menjadi hal nomor dua. Tentu saja, karena kalau mau dijadikan nomor satu, di Jakarta saja Jokowi baru memimpin satu tahun, jadi tidak rasional jika ikut diperhitungkan. Dan karena faktor emosional itulah maka pendukung Jokowi lebih mudah emosi :)
Kita perlu ingat, bahwa bertindak emosional, lebih sering banyak salahnya dari pada benar. Oleh karenanya, mumpung masih ada waktu, sebelum hari pencoblosan, tenangkan hati dan pikiran, sehingga kita mampu menilai kandidat dengan bukan semata-mata emosional. Negara ini lebih besar dari Kota SOLO, Negara ini lebih besar dan lebih kompleks dari Kota JAKARTA.
Tulisan ini tidak bermaksud mengarahkan anda untuk memilih kandidat tertentu. Tetapi lebih untuk mengingatkan tanggungjawab kita yang hanya akan kita dapatkan 5 tahun sekali. Yaitu memilih PRESIDEN yang AMANAH. Mungkin anda yang saat ini sangat ingin mendukung Jokowi benar, demikian juga yang ingin mendukung Prabowo.