Perkenalanku dengan Yusuf Islam - Cat Stevens

Author : Aries Musnandar | Wednesday, October 29, 2014 09:49 WIB

Pada tulisanku yang lalu telah kuceritakan tentang bagaimana kawan ‘bule' ku Edward Gary Toole yang satu apartemen denganku di London akhirnya memeluk agama Islam. Seperti dipaparkan dalam tulisan itu bahwa Yusuf Islam yang menuntun kawanku Gary masuk Islam dengan membaca syahadat.  Maka kali ini aku ingin membagi bersama pengalamanku berkenalan dan berkawan dengan Yusuf Islam yang dulu dikenal sebagai Cat Stevens. Peristiwa ini sudah demikian lama antara tahun 1985-1987 namun aku berupaya mengingat-ingatnya kembali agar dapat disusun sebuah tulisan tentang sang mualaf itu. Aku menyesal foto-fotoku bersama para mualaf di Inggris tidak ku jaga dengan baik sehingga sampai tulisan ini kubuat aku belum menemukannya kembali, entah dimana terselipnya karena memang sudah lama sekali dan dalam kurun waktu itu aku sudah pindah rumah sekian kali banyaknya baik ketika tinggal di Jakarta (Rawamangun, Kebayoran, Pamulang, Pondok Cabe) maupun saat berada di Malang Raya, Jawa Timur.

Kisah tentang Yusuf Islam atau Cat Stevens sudah banyak dipublikasikan dan sering kita baca. Oleh karena itu tulisanku mengenai Yusuf Islam ini lebih banyak pada pengalaman pribadiku bersama beliau ketika berkenalan kurang lebih satu setengah tahun. Jadi tulisan ini mencoba mengangkat sisi-sisi lain yang mungkin belum terlalu dikenal orang pemerhati Yusuf Islam namun aku rasakan dan alami sendiri secara langsung.

Alkisah, di London Central Mosque atau Masjid Regent's Park setiap Sabtu ada kegiatan halaqoh / pengajian yang dikenal dengan nama Islamic Circle Meeting. Aktifis sekaligus pimpinan pengajian adalah  Yusuf Islam. Aktifis lainnya merupakan pengurus pengajian berasal dari berbagai suku bangsa seperti Pakistan, India, Mesir, Afrika, dan dari Inggris sendiri (mualaf) serta ada juga pak Harun asal Indonesia yang sudah puluhan tahun melalang buana khususnya di Eropa dan terakhir menetap di Inggris. Pak Harun inilah yang biasa mengawali acara dengan membuka ayat-ayat Suci Al-Qur'an. Melalui kepiawaian pak Harun tersebut lalu dikenal bahwa Muslim asal Indonesia sebagai Qori (pembaca) Al Qur'an yang baik dan enak didengar. Setelah pembacaan ayat-ayat Suci al Qur'an dilanjutkan dengan acara pengantar diskusi oleh Yusuf Islam menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam Islam dan tak jarang beliau mengutip ayat-ayat Qur'an dengan membacanya sendiri. Sebagai mantan penyanyi pop maka tentu terdengar suara merdu Yusuf Islam saat membaca Al Qur'an. Para anggota pengajian tidak hanya kaum Muslim tetapi juga penganut agama lain bahkan yang mengaku komunis dan tak beragama pun lumayan banyak mengikuti pengajian yang dibina Yusuf Islam ini. Saya menyaksikan selama di Inggris sejumlah orang menjadi mualaf dengan membaca syahadat pada acara pengajian tersebut. Rata-rata mereka yang ingin masuk Islam langsung bersyahadat di Masjid itu dalam pengajian Islamic Circle Meeting yang dibina Yusuf Islam. Namun setahu saya hanya Gary (kawan bule satu apartemen dengan ku) yang mengucapkan syahadat tidak di Masjid tetapi di rumah anggota/pengurus pengajian asal Palestina namun tetap disaksikan Yusuf Islam sebagai pemimpin pengajian kami. Saya kurang tahu kenapa? Mungkin karena Gary sudah cukup lama dikenal dan tampak akrab sehingga untuk lebih meningkatkan persaudaraan maka dilakukanlah "seremoni" masuk Islamnya Gary dirumah seorang anggota majelis pengajian sambil menyantap dan menikmati hidangan malam khas Palestina yang disediakan tuan rumah.

Singkat cerita akhirnya setelah beberapa kali mengikuti pengajian Yusuf Islam aku pun secara pribadi mengenal beliau dan para asisten beliau warga Inggris baik yang keturunan India, Pakistan maupun yang asli Inggris. Dari pergaulanku dengan beliau tampak sekali sifat-sifat beliau yang halus, ramah dan penuh perhatian. Satu waktu di bulan puasa aku dicari-cari beliau di sekitar Masjid (karena aku juga bekerja paruh waktu di masijd itu sebagai tenaga bantuan menyiapkan masakan setiap Jumat atau ketika Ramadhan masjid menyediakan ifthar buka puasa dan sahur). Asisten atau kawan-kawan yang lain juga sibuk mencariku. Tak mengerti ada apa, lantas setelah bertemu beliau dengan santun memohon agar aku ikut ke mobil dan ternyata aku dibawa menuju rumahnya. Saat memasuki rumah Yusuf Islam yang berarsitektur lama (rumah-rumah di Inggris memang rata-rata jadul, jaman dulu, dan tidak sembarangan boleh direnovasi) tampak diatas karpet permadaninya tersedia hidangan untuk berbuka puasa. Tidak ada meja, kursi, sendok garpu sebagaimana banyak orang Barat disini biasa menggunakannya untuk makan. Ramai-ramai kami makan dengan tangan kosong tidak pakai sendok garpu. Dalam suasana interior rumah yang menawan kami pun lahap hidangan ifthar tersebut setelah itu kami sholat taraweh berjamaah. Yusuf Islam memang kerap kali mengundang saudara-saudara sesama Muslim berbuka puasa dirumahnya.

Sifat dan perilaku Yusuf Islam yang lembut dan halus sangat kontras dengan kehidupan Barat yang demikian "dingin, kaku dan saklek". Sebagai orang kaya yang telah malang melintang hidup dalam kegemerlapan selebriti masa lalu tidak tampak membekas lagi pada sosok Yusuf Islam, bahkan beliau terkesan sederhana. Beliau tidak lagi terdengar lagi menyanyi lagu-lagu di depan publik Barat sebagaimana dulu beliau juga dikenal melalui lagu legendarisnya berjudul "morning has broken", sebuah lagu mengisahkan perjuangannya mencari kebenaran dan akhirnya ditemukan kebenaran hakiki tersebut pada ajaran Islam.  

Lantas apakah beliau mengharamkan bagi dirinya musik? Ternyata tidak! Dalam satu kesempatan beliau pernah bercerita bahwa ia masih bermusik ketika sudah masuk Islam. Lagu-lagunya pun bernada religi, dan setiap selesai manggung ia biasanya membaca Al Qur'an dari terjemahan Bahasa Inggrisnya. Setahuku saat beliau sudah masuk Islam pernah diundang ke AS oleh kelompok Yahudi disana dan diminta tetap memakai nama Cat Stevens dan jati dirinya sebagai Muslim diupayakan ditutupi  tetapi beliau tidak mau didikte dan menolak cara-cara seperti itu. Walau halus dan lembut bukan berarti beliau mengalah jika persoalan agama diganggu seperti permintaan kelompok peminat musik Yahudi Amerika yang memintanya memakai nama Cat Stevens, dan dia tolak dengan tegas. Ini masalah prinsip ujarnya. maka ketegasan sikapnya ditampakkan. Sungguh luar biasa figur pemimpin pengajian ini.

Kembali ke soal musik tadi, beliau pernah mengatakan bahwa yang dikhawatirkan bagi beliau adalah sikap para fans dan simpatisan yang sangat berlebihan seolah "Mentuhankan" dirinya. Padahal menurut Yusuf Islam lagi secara ketauhidan tiada tuhan selain Allah selainNya kecil teramat kecil dan fana. Beliau sangat konsisten dalam bertauhid, tidak mau dipuja dan dielu-elukan penggemarnya sabagaimana kita sering saksikan di sejumlah acara panggung yang menghadirkan para selebriti. Bagi Yusuf Islam puja puji hanya kepada Allah. Suatu sikap yang jelas dan tegas dibalik kerendahan hari kelembutan dan kehalusan budi pekerti Yusuf Islam. Oleh karena itu Yusuf menanggalkan kegemerlapan ala selebritas, Yusuf Islam merasa berdosa bila penggemarnya bersikap berlebihan seperti itu. Oleh karena itu beliau mengundurkan diri dari dunia musik popupler karena takut dirinya dipertuhankan penggemar sehingga beliau merasa berdosa. Coba betapa beliau ini sensitif dan cerdas dalam bertauhid, tidak seperti selebriti lain (bahkan yang Muslim sekalipun) merasa menikmati puja dan puji berlebihan dari penggemarnya.

Kenikmatan duniawiyah yang biasa dirasakan para selibritas top dunia pernah juga menghampirinya. Tapi memang Allah memberi hidayah dan membuka petunjuk bagi siapa yang dikehendakiNya. Yusuf Islam, Alhamdulillah adalah orang yang diberikan anugerah itu. Setelah masuk Islam kegiatan Yusuf tidak kendur malah makin banyak terutama dibidang dakwah. Orang-orang Inggris yang belum mengerti tentang Islam seringkali bertanya-tanya kenapa Cat Stevens itu masuk Islam dan kerap datang sendiri bertanya dengan beliau. Interaksi semacam ini malah membuat sejumlah dari mereka akhirnya berminat ikut jejak Yusuf Islam untuk menjadi mualaf. Oleh karena itu pengajian yang dipimpin beliau sangat intens dan aktif melakukan dakwah. Bahkan di satu taman demokrasi di London yakni Hyde Park Corner tempat dimana orang Inggris boleh bicara apa saja tanpa dilarang (kecuali menghina tentang Raja dan Ratu) pengurus pengajian aktif berdakwah juga disana.

Dunia Pendidikan.

Yusuf Islam sadar bahwa pendidikan merupakan sektor penting  untuk menanam-suburkan nilai-nilai keislaman bagi generasi penerus Islam. Oleh karena itu di London ketika itu Yusuf Islam mendirikan sekolah Islam tingkat dasar dan PAUD (primary school). Namun pendirian sekolah ini memakan banyak waktu dan tenaga bukan dalam persoalan memabngun gedung sekolah tetapi dalam konteks perizinan. Lobby-lobby Yahudi yang sangat kuat di Inggris tidak hanya berada dilingkaran kekuasaan pusat tetapi sudah memasuki wilayah anggota senat (legislator) diwilayah tempat sekolah yang digagas Yusuf Islam itu didirikan. Parlemen disana yang dimotori kelompok Yahudi Inggris berupaya dengan berbagai cara mementahkan rencana dan ide besar Yusuf Islam untuk mendirikan sekolah yang bernafaskan Islam. Sampai saya berada di Inggris (1987) perjuangan untuk menggolkan sekolah Islam itu terus berlanjut walau ‘diganggu' kekuatan-kekuatan yang tidak suka Islam berkembang di Inggris. Namun demikian tidak sedikit orang Inggris asli yang bersimpati kepada Yusuf Islam dan turut membantu merealisasikan terwujudnya sekolah Islam. Walau Inggris mengaku Negara dengan pemerintahan demokratis tapi jika sudah menyangkut persoalan keagamaan (Islam) tidak mudah demokrasi itu diejawantahkan secara demokratis pula, terlebih lagi faktor lobby-lobby Yahudi banyak berperan di pemeirntahan. Seperti disinggung pada tulisan saya sebelumnya tentang kisah mualaf (Ahmad) Gary bahwa di Inggris kekuatan lobby Yahudi terbesar nomor dua dii dunia setelah Amerika Serikat.

Aries Musnandar

Sekarang tinggal di Malang Jatim

Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: