Rusia Klaim Serangannya Hancurkan Pos Komando ISIS

Author : EMIN NGKAAPO | Thursday, October 01, 2015 10:39 WIB

Meskipun kondisi nilai rumah terus terpuruk sampai dikisaran 14.700 an satu dolar, namun para petinggi bangsa ini masih optimis dan mengisyaratkan bahwa kondisi negara kita masih baik-baik saja, tidak ada yang perlu ditakuti, dan yang paling penting adalah bahwa kita tidak " krisis". Bahkan kata krisis sebisa mungkin dihindari. Ketika beberapa waktu yang lalu, rupiah dilevel 14 ooo ribu satu dolar, banyak yang kemudian khawatir bahkan cemas , negara ini akan seperti Yunani. Tidak bisa disalahkan kalau anggapan dan kekhawatiran seperti itu membanyang-banyangi kita, nilai rupiah terpuruk ketika krisis Yunani juga terjadi beberapa bulan lalu.

Antrian masyarakat Yunani di ATM-ATM dan toko-toko makanan kontan menjadikan kita gelisah. Akankah Indonesia seperti itu? Banyak pakar yang kemudian  mengatakan bahwa nilai rupiah tidak akan langsung menekan rakyat kecil, alasanya sederhana, pengusaha yang berurusan dengan dolar lah yang akan merasakan imbas pelemahan rupiah ini. Betulkah seperti itu fakta yang terjadi?

Kalau pemikiran bahwa rakyat tidak berurusan dengan dolar mungkin ada benarnya. Namun sesungguhnya pelemahan nilai rupiah terhadap dolar sudah mulai dirasakan. Apindo mengatakan untuk september saja terjadi 27 .000 pemutusan hubungan kerja. Apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat tanpa pekerjaan? bagaimana memenuhi kebutuhan hidup ditengah harga -harga yang terus merangkak naik? Kalau industri makanan sudah banyak merumahkan karyawanya, bagaimana pula dengan industri elektronik? garmen? Peryataan politisi salah satu parpol bahwa kenaikan rupiah tidak apa-apa asal rakyat bisa terus beli beras juga kurang bisa diterima. Mau beli pakai apa kalau harga beras tinggi, mau beli pakai apa kalau kemudian uang tidak ada akibat di PHK?  Beras sudah naik, tahu tempe yang memakai kedelai impor apalagi. 

Wajar kalau kemudian banyak yang mengeluh, banyak yang mengaduh. Kata siapa pelemahan rupiah tidak berimbas kepada rakyat miskin? justru, rakyat miskin lah yang paling merasakan efek pelemahan rupiah. Bukankah stok pangan untuk sampai ke pasar-pasar memerlukan mata rantai yang panjang dan semuanya memakai trasnportasi,,,apalagi untuk luar jawa ongkos pengiriman menjadi naik beberapa kali lipat, yang menyebabkan harga jual produk di tingkat konsumen juga naik. Kalau mislanya rakyat tidak bisa membeli apa-apa karena PHK dan harga mahal , serta kemudian tidak bisa mendapatkan lowongan kerja untuk membiayai hidup mereka,,masihkah kita bisa tenag-tenang saja?

Daya beli turun , PHK mengintai, lowongan pekerjaan kurang, harga -harga melambung, apakah itu bukan ciri-ciri bangkrut? Mungkin tidak semua mengalami kebangkurutan namun apabila jumlah PHK terus  terjadi akumulasi masal juga tentunya akan terjadi , kebangkurutan perorangan akan merambat dalam skala besar. 

Sudah saatnya pemerintah melihat secara keseluruhan dan mencari sebab pelemahan rupiah yang terus terjadi. Mengapa investor ramai-ramai menarik modalnya keluar negeri, itu yang harus di pertanyakan bukankah di pemerintahan sekarang ini, harusnya investor percaya kepada pemerintah? karena disamping banyak paket kebijakan yang merampingkan birokrasi perizinan, presiden dan wapres kita adalah pengusaha handal yang paham betul seluk beluk dunia usaha, apa yang harus dilakukan untuk memulihkan kepercayaan investor.

Pelemahan rupiah jangan hanya di sandarkan kepada BI sebagai satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini,  sangat aneh kalau ada yang beropini bahwa presiden tidak bisa disalahkan namun BI yang bersalah dalam hal ini.Sudah presiden dan jajaranya   para pengambil keputusan tertinggi yang berdiri di depan, menyelesaikan pelemahan rupiah ini. Bukankah dulu juga waktu zaman SBY rupiah di kisaran 10 000, yang disalahkan juga SBY,,,,? Memang begitulah resiko seorang pemimpin harus bisa menyelesaikan semua masalah,,,bukankah rakyat percaya dan memilih karena alasan -alasan kemampuan yang mereka miliki. Peryataan-peryataan yang dilontarkan politikus PDI P yang tidak mau Jokowi dilibatkan dalam pelemahan rupiah justru akan mengerus simpati rakyat. Harusnya semua unsur bahu membahu dan kerja,kerja,kerja,seperti semboyan pemerintah supaya rupiah tidak terus melemah dan negara kita tidak bangkrut.

من المقطوع: http://www.kompasiana.com/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: