Acapkali kita dihadapkan istilah-istilah Islam garis keras, Islam fondamentalis, Islam moderat, Islam tradisional, Islam kejawen dan sejumlah istilah lainnya yang amat erat melekat di ruang publik hingga kini. Istilah ini semakin menyeruak dan populer manakala aksi, tindak tanduk atau perilaku kaum Muslimin di jagad raya ini tengah disorot atau paling tidak dijadikan bahan kajian akademik. Menurut hemat saya dan sepanjang yang saya ketahui istilah-istilah tersebut memang bermula dari kajian akademik yang disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat dunia termasuk oleh kaum Muslimin itu sendiri.
Padahal, jikalau kita mengacu pada masa Rasulullah SAW tentu kita tidak pernah menjumpai istilah-istilah semacam itu. Ketika itu amat jelas posisi antara kaum beriman dan tidak beriman serta ditengah-tengahnya ada kaum munafik dan fasik yang menyelisihi ajaran Islam. Nabi berpesan kepada umatnya dengan segala kasih sayangnya untuk tidak meninggalkan dua perkara yakni al Quran dan Hadistnya. Dipesankan oleh Nabi agar kita senantiasa memahami secara saksama apa yang dikandung dalam ayat-ayat qawliyyah dan kauniyyah, juga merujuk pada sirah Nabawiyyah. Segala persoalan dimuka bumi bagi kaum Muslimin mestilah dicermati dengan baik pada landasan koridor agama (Islam) yang tidak lain dan tidak bukan merujuk pada Kitabullah al Quran dan apa-apa yang telah dicontohkan dan diarahkan oleh Nabi (Sunnah dan Hadist).
Oleh karena itu, sebagai Muslim sebaiknya kita jangan terjebak dalam skenario stigma yang terlontar dari istilah-istilah diatas. Boleh jadi memasyarakatkan istilah-istilah tersebut tersembul niat, maksud dan nilai tertentu dalam suatu kepentingan yang kita sendiri tidak betul-betul menagamtinya secara sempurna. Kehidupan di dunia ini oleh Muslim harus dijalankan dengan super waspada dan hati-hati serta tidak merasa diri lebih baik dari pada Muslim lain yang telah terlanjur kena stigma dalam istilah-istilah diatas. Ada baiknya kita sendiri merenung secara mendalam apakah diri kita sudah demikian benar dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT. Sesungguhnya, segala amal perbuatan kita akan sangat rapi dan lengkap dicatat Malaikat yang ditugaskan Allah untuk itu. Keyakinan kita memahami ajaran Islam belum tentu juga sepenuhnya benar (apalagi bila kita merasa benar) tanpa kita terus mengkaji sedalam-dalamnya agar apa yang kita lakukan didunia ini telah benar-benar sesuai dengan koridor agama Islam. Tawadhu, kerendahan hati dan merasa diri bukanlah siapa-siapa yang penuh dengan segala dosa kiranya perlu tetap selalu menjadi bagian dari kehidupan kita di dunia ini. Alhasil, Islam garis keras, Islam moderat dan sejenisnya bukanlah stigma yang baik untuk dipopulerkan dan ditumbuhkembangkan. Sebaliknya kita mesti terus menerus melakukan tarbiyah dan adabiyah untuk diri kita senidri dan orang lain sekuat mungkin yang semata-mata memasang niat hanif, dan berharap ridho Allah belaka. Wallahu 'alam.
sumber: http://old.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4896%3Aislam-moderat-islam-garis-keras-dan-lainnya&catid=35%3Aartikel&Itemid=210