(Analisa/qodrat al-qadri) PERSIAPAN: Sejumlah siswi dari Tim Angklung SMA Al-Ulum Medan, melakukan uji coba alat musik angklung saat gladi resik menjelang Jong Bataks 2016 di Taman Budaya Medan, Senin (24/10). Kegiatan seni budaya tahunan yang akan diramaikan 48 komunitas seni dan 481 pelaku seni ini akan dibuka secara resmi pada hari ini oleh Gubernur Sumut.
Medan, (Analisa). Pagelaran seni Jong Bataks Art Festival (JABF) mengusung tema topeng sebagai spirit (semangat) budaya secara teoritis, filosofis, dan praktis. Tema topeng dipilih dengan tujuan membawa topeng khas berbagai suku di Sumatera Utara yang pada dasarnya sebagai atribut ritual kepercayaan menjadi sebuah sajian pertunjukan seni.
Pagelaran tahun ketiga ini akan diadakan di Taman Budaya Sumatera Utara Jalan Perintis Kemerdekaan selama empat hari, Selasa (25/10) hingga Jumat (28/10) sebagai bagian memeringati Hari Sumpah Pemuda dan membangkitkan nasionalisme pemuda masa kini.
“Kita ingat pada kongres pemuda dalam merangkai Sumpah Pemuda, terdapat pemuda asal Suku Batak. Oleh karena itu, kita mau mengangkat spirit kebersamaan dan perjuangan mewujudkan kesatuan yang mereka bangun, di dalam penyelenggaraan JABF kali ini,” ujar Sekretaris Panitia JABF Agus Susilo saat konferensi pers di Ruang Pameran Taman Budaya Sumut Senin (24/10).
Berbeda dengan kedua pagelaran JABF sebelumnya yang lebih menghadirkan perspektif budaya secara luas, kali ini mereka bermaksud membuat penyelenggaraan lebih spesifik mengangkat budaya suku Batak di Sumatera Utara. Suku-suku tersebut yakni Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Mandailing, dan Angkola.
Agus menjelaskan, pagelaran seni masing-masing suku ini dibagi menjadi beberapa hari, yakni Selasa (25/10) untuk pementasan Suku Angkola, Mandailing, dan Karo. Rabu (26/10) untuk Suku Toba, Kamis (27/10) untuk Suku Pakpak dan Simalungun. Lalu sebagai penutup di Jumat (28/10) dihadirkan pawai budaya penampilan kolaborasi berbagai komunitas seni budaya Sumut, dan peluncuran Jong Sumatera.
Selain pementasan seni mereka juga menyajikan kuliner khas Batak dan tentunya pameran seni rupa lukisan topeng. JABF melibatkan 481 seniman dan 48 komunitas seni, baik seni film, teater, seni rupa, musik, tari, maupun sastra.
Acara ini diharapkan dapat meraup 10 ribu pengunjung, lebih banyak dibandingkan tahun lalu. “Tahun lalu hanya 6 ribu orang,” imbuh Agus.
Tiap suku tersebut dihadirkan karena memiliki sentuhan khas yang tampak pada corak topeng yang diproduksi. “Seperti di Suku Simalugun disebut toping-toping, di Suku Karo gundala-gundala,” jelas Marojahan Andrian Manalu selaku Direktur Festival. Nantinya, topeng-topeng ini akan dikolaborasikan dengan pementasan seni berbagai bentuk, seperti tari dan teater.
Pria yang akrab disapa Ojax ini juga berharap JABF bisa menjadi pagelaran seni adat Batak terbesar dan membanggakan se-Indonesia, demi membangkitkan semangat aktualisasi karya dari berbagai seniman asal Sumut. (anty)