Jakarta - Penonton bersorak-sorak meminta layar hitam yang menutupi panggung diturunkan. Itulah pemandangan pertama ketika ribuan penonton memasuki arena Konser 'Satu Indonesia: Erwin Gutawa Salute to Guruh Soekarno Putra' di Plenary Hall, Jakarta Convetion Center, Senayan pada Rabu (26/11/2014).
Erwin Gutawa beserta ratusan personel orkestranya, akan menyuguhkan karya-karya penuh cinta dan nasionalisme dari seorang seniman sejati, Guruh Soekarno Putra. Satu per satu para pemain menaiki panggung, juga Erwin yang mengenakan sarung batik tradisional dipadu dengan setelan jas hitam sebagai atasan.
Dimulai dari proyek musik milik Erwin Gutawa, Anak Di Atas Rata-Rata, 12 anak kecil itu membuai lewat suara lembut mereka. Menggunakan pakaian daerah, Anak di Atas Rata-Rata melantunkan 'Simfoni Raya Indonesia' dan 'Zamrud Khatulistiwa'.
Dengan iringan orkestrasi, Anak Di Atas Rata-Rata sukses membuat penonton tercengang di lagu lainnya, 'Kesenian' dan 'Indonesia Jiwaku'.
Memasuki babak yang lebih berat lagi, karya-karya Guruh Gipsy, band yang dibentuk Guruh Sukarno Putra bersama Kinan Nasution Cs di tahun 1975, menjadi pilihan Erwin Gutawa. Bersama 100 personelnya, Erwin seakan membawa Bali ke dalam Plenary Hall, JCC.
Aroma sesajen, Gamelan Bali dan 32 orang berpakaian adat Bali hadir di atas panggung. Mereka melakukan pawai kecil mengitari panggung megah ciptaan Jay Subiakto.
Babak Guruh Gipsy ini diisi oleh Judika, pemain biola German Dimitriev dan personel asli Guruh Gipsy, Roni Harahap. Mereka memberikan lagu 'Janger' dan 'Indonesia Mahardika'. Bisa dibayangkan betapa dimanjanya telinga oleh suara berkualitas dari okestra membalut vokal Judika yang prima menyanyikan harmoni Pulau Dewata.
Baru dua penampil saja, penonton tiada henti dilanda merinding. Penuh kagum dan haru atas musik-musik anak Bung Karno dan Fatmawati itu.
Selanjutnya, trio The Overtunes mencoba kebolehannya lewat 'Sendiri' dan 'Smaradhana'. Setelah tepuk tangan penonton, tanpa basa-basi Tulus langsung naik panggung.
Pelantun 'Gajah' itu dengan apik menyanyikan hits 'Surya Tenggelam'. Penonton pun diingatkan dengan memori indah mendiang Chrisye. Tulus kembali menghujani panggung dengan 'Galih dan Ratna' yang membuat ribuan orang bernostalgia.
Selepas itu, si cantik Raisa naik panggung. Mengenakan busana keemasan, Raisa menyulap 'Gita Cinta SMA' dan 'Puspa Indah Taman Hati' menjadi miliknya sendiri.
Menyanyikan 'Kala Cinta Menggoda', Raisa lagi-lagi berhasil tampil maksimal, apalagi di tengah penampilan, ternyata Tulus ikut mengiringi. Duet Raisa dan Tulus di megahits tersebut jelas membuat penonton berjoged kecil di bangkunya masing-masing.
"Berikut ini, adalah penyanyi yang nama dan fotonya tidak ada di poster konsernya. Semoga saja bisa diterima," ujar sang konduktor berinteraksi dengan penontonnya.
Ternyata, yang dimaksud ayah Gita Gutawa itu adalah salah satu diva Indonesia, Krisdayanti. Memang tidak pernah disebut sebelumnya, kalau Krisdayanti akan mengisi panggung Konser Satu Indonesia 'Erwin Gutawa Salute To Guruh Soekarno Putra' itu.
Lama dibuai dengan kelembutan, konser hasil kerjasama PT. ASTRA International itu pun akhirnya 'pecah'. Jika melihat daftar isi pengisi acara, harusnya sudah tahu siapa yang membuatnya tiba-tiba berisik. Ya, trio punk asal Bali, Superman Is Dead lah pelakunya.
Di bagian ini, Guruh Soekarno Putra sebagai pencipta lagu membuktikan kalau karyanya relevan dengan kondisi Indonesia bertahun-tahun lamanya. Seperti lagu 'Kembalikan Baliku' yang dinyanyikan SID, berbanding lurus dengan aksi Jerinx Cs itu memperjuangkan reklamasi Teluk Benoa. SID kemudian membawakan lagu ke-2, yaitu 'Anak Jalanan' yang diaransemen punk rock ala anak-anak Bali itu.
Keriuhan berlanjut bersama Nowela yang menyanyikan 'Jenuh (Aku Frustasi)'. Di sini, Erwin Gutawa bermain dengan banyak efek suara yang benar-benar membisingkan.
Panggung persembahan untuk Guruh Soekarno Putra itu dibuat lebih segar oleh bintang berikutnya, RAN. Rayi, Asta dan Nino memilih lagu dari tahun 1980, 'Kenang-Kenangan' dan 'Damai'. Tampil atraktif seperti biasa, RAN jelas membuat penonton kaget dengan hasil aransemen musiknya, tapi ribuan penonton itu asik saja berdiri dari bangkunya dan bejoged lepas.
Memasuki akhir pertunjukkan, Judika kembali naik panggung dengan lagu 'Perikemanusian'. Penonton dibuat merinding lagi, bukan hanya karena tingginya nada, tapi juga rentetan video Presiden RI pertama, Soekarno yang diputar di layar besar.
Sebelum benar-benar usai, sang pemberi inspirasi sekaligus pemilik semua karya malam itu, Guruh Soekarno Putra naik ke atas pentas. Bersama Krisdayanti, Guruh memainkan piano di lagu 'Untukmu Indonesia'. Begitu selesai, semua pengisi acara bergabung, menyanyikan 'Gilang Indonesia Gemilang'.
Selesai sudah Konser 'Satu Indonesia: Erwin Gutawa Salute to Guruh Soekarno Putra'. Sang konduktor, sukses membuktikan keabadian sebuah karya seni musik yang menggambarkan kasih sayang dan cinta Tanah Air secara sempurna.