Agniya Khoiri, CNN Indonesia
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 10 seniman dari Indonesia dan Perancis akan melakukan aksi spontan dalam seni grafiti di beberapa lokasi di Jakarta. Jika sebelumnya seni corat-coret dinding ini identik dengan jalanan, kali ini para seniman diboyong ke beberapa ruang publik, dari mulai lembaga pendidikan, sekolah, museum, galeri seni dan hotel.
Aksi kolaborasi tersebut diusung Institut Perancis di Indonesia (IFI) bertajuk ‘Off The Wall Jakarta 2016’. Bekerja sama dengan Tauzia Hotel Management, ada lima seniman Indonesia dan lima seniman Perancis yang terlibat.
Mereka yakni, Darbotz, Farhan Siki, Soni lrawan, Stereoflow, dan Tutu dari Indonesia, serta Colorz, Fenx, Kongo, Mist dan Tilt dari Perancis.
Sepuluh seniman tersebut dijadwalkan akan unjuk gigi dalam seni grafiti pada 2 hingga 7 November mendatang di Museum Nasional, D'Gallerie, Yello Hotel, Sekolah Internasional Prancis dan lFl Thamrin.
"Seperti acara Off the Wall Singapura, gelaran Off The Wall Jakarta akan memberikan perspektif baru terhadap seni urban,” ujar Claire Thibaud-Piton, Kurator Perancis yang juga menguratori acara Off The Wall Singapore, di IFI Jakarta, Rabu (26/10).
Ia menambahkan, kesepuluh seniman akan melukis secara langsung dan spontan di tempat-tempat yang telah ditentukan. “Ini adalah bentuk seni yang dinamis, penuh warna, spontan dan menyenangkan. Seni graffiti dan street art juga tentang kebebasan berekspresi yang dapat diakses oleh semua orang," ujarnya.
Kolaborasi Indonesia-Perancis
Secara terpisah, Direktur IFI, Marc Piton mengatakan pekan seni Off the Wall Jakarta kali ini mengusung semangat seni kolaborasi antara dua negara.
“Selama satu minggu, mereka akan menghabiskan waktu bersama untuk saling mengenal satu sama lain, tentunya melalui sebuah proses yang berujung pada kreativitas," katanya.
Kolaborasi seniman grafiti Indonesia dan Perancis disebutkan telah dimulai sejak 2010 lalu melalui ajang Wall Street Arts yang berlangsung di Galeri Salihara, Jakarta.Pameran tersebut dikuratori oleh Alia Swastika, kurator Indonesia yang turut kembali menjadi kurator dalam gelaran Off The Wall ini.
Menurut Alia, seni graffiti dan street art menggunakan ruang publik sebagai tempat kerjanya, menempatkan pesan dan estetika pada bangunan dinding dan permukaan yang dianggap bisa terlihat.
“Dengan keberadaannya yang mudah ditemui, karya seni dengan sendirinya akan tersiar dan bertemu publik sebagai penikmat seni,” ujarnya.
Lebih jauh Alia pun menjelaskan bahwa Wall Street Arts tahun 2010 di Galeri Salihara dan Off The Wall tahun ini dapat dikatakan sebagai, "penanda pergeseran seni grafiti dan street art, dari ruang publik berupa jalanan ke ruang yang lebih privat yaitu galeri seni."
Seniman Indonesia dan Perancis tersebut nantinya akan melakukan 'graffiti jam' di beberapa tempat di Jakarta baik di 'jalanan,' antara lain di tembok IFI Thamrin pada saat Car Free Day, Minggu 6 November 2016 serta di galeri dan museum, seperti di Museum Nasional dan D'Gallerie.
Bisa jadi, kata dia, banyak orang beranggapan grafiti dan street art hanya berpusat di jalanan. Sementara, dalam beberapa tahun terakhir, bentuk ekspresi seni ini telah berkiprah menjadi ikon budaya pop dan urban, serta fenomena global.
Ruang publik
Esti Nujadin, dari D’Gallerie mengatakan perkembangan seni graffiti telah beralih dan memberi ruang alternatif.
“Aksi yang dilakukan seniman kali ini dipastikan akan mendapat perhatian lebih luas dengan penikmat yang juga beragam,” ujarnya.
Seniman asal Yogyakarta yang turut terlibat yakni Adi Dharma atau yang dikenal dengan Stereoflow, mengaku antusias dapat ikut serta dalam kolaborasi seni ini.
Menurutnya, aksi ini akan memberinya kesempatan untuk mengenal cara kerja seniman seni graffiti lain, baik dari Indonesia maupun dari Perancis."Dalam proses kerjanya, akan ada sepuluh kaleng cat, di mana sepuluh seniman akan berkarya dengan ekspresinya masing-masing,” ujarnya.
Selain berkolaborasi, para seniman yang terlibat dalam pekan Off the Wall Jakarta ini juga akan menjadi juri dalam kompetisi street art yang berlangsung di Yello Hotels.
Dengan tema Bringing Art to Life, kompetisi yang berlangsung pada 5 November 2016 ini diikuti 35 seniman grafiti muda Indonesia. Selain berkompetisi, mereka juga sekaligus mempromosikan street art kepada khalayak secara luas. (rsa
)