Hari Minggu (2/10/2016) adalah hari Batik dan di Perth (Australia Barat) digelar Festival Batik dengan tema Citra Batik Nusantara. Berikut tulisan Skolastika Grahita Kirana, seorang mahasiswa Indonesia di sana mengenai acara tersebut.
Koleksi Batik Indonesia mewarnai perayaan Hari Batik Nasional di Perth dan tahun ini, Indonesia Jatayu Production dan Riri Leather berkolaborasi untuk memperkenalkan ragam batik nusantara di Perth, Australia Barat.
Acara ini pertama kalinya di adakan di Perth dan memiliki tujuan unutuk memperkenalkan ragam batik Indonesia dan memberikan sedikit sejarah dan pengertian dari setiap batik tersebut.
Herlina Lwoliyo dan Riri Yasmin selaku pemilik Indonesia Jatayu Production dan Riri Leather merasa prihatin atas penurunan pemahaman masyarakat luas terhadap batik tradisional.
Acara ini diadakan tepat bersamaan dengan perayaan hari Batik Nasional dengan rangka memperkenalkan dan memberi edukasi singkat kepada masyarakat international maupun Indonesia di Perth mengenai arti batik.
Salah satu kegiatan di Perth bagaimana membuat kain batik tulis Foto: Andy Diswandi
Pengunjung yang hadir diperkirakan mencapai 500 orang yang merupakan perwakilan dari pejabat pemerintah, perwakilan berbagai negara sahabat, perkumpulan guru-guru Bahasa Indonesia di Australia Barat, sekolah maupun universitas yang mengajarkan Bahasa Indonesia serta organisasi organisasi masyarakat di Perth.
Acara dibuka oleh Konsul Jenderal Indonesia untuk Australia Barat Ade Padmo Sarwono yang memberikan apresiasi atas inisiatif dari Jatayu dan Riri Leather untuk mengadakan acara yang educational bagi masyarakat international mengenai batik.
Dalam sambutannya Konjen RI juga mengharapkan agar lebih sering diadakan acara-acara yang melestarikan dan mendidik mengenai budaya Indonesia ke mata dunia dan diharapkan akan adanya hubungan lebih baik dari Indonesia dan Australia melalui acara kebudayaan seperti ini.
Acara berlangsung secara terus menerus selama 6 jam di dua lantai gedung KJRI, di mana pameran kain Batik dan workshop berada di aula utama KJRI dan bazaar bersama pentas seni berada di lapangan parkir KJRI.
Ada yang unik dari Batik Exhibition yang diadakan hari Minggu tersebut adalah pada dinding-dinding aula dapat dilihat batik-batik tulis solo kuno yang dibuat pada tahun 1910-1930an.
Batik kuno tersebut merupakan koleksi batik tulis 3 Negri yang terbilang langka dan bernilai tinggi bagi para kolektor batik.
Rumah Batik sebagai pemilik batik-batik tersebut menyatakan batik yang di tampilkan pada Perth Batik Festival 2016 ada batik yang sempat dipinjamkan kepada Museum Adelaide selama 6 bulan.
Salah satu tarian asal Indonesia yang dipertunjukkan Foto: Andy Diswandi
Pentas seni diisi dari berbagai penari dan pemain music perwakilan Indonesia Jatayu Production maupun ormas-ormas Indonesia di Perth secara non-stop dan dimeriahkan dengan adanya perlombaan busana batik terbaik dan kuis.
Bazaar yang diadakan pun terlihat meriah dengan diisi 11 stall makanan Indonesia dan 4 stall barang-barang kesenian dengan Batik House, Garuda Indonesia bersama Sun Island dan Warung Ade mempersembahkan voucher hadiah bagi pengunjung yang mengikuti kuis mengenai batik selama acara berlangsung dan kepada pemenang lomba pengguna batik terbaik.
Pertunjukan pentas seni dibawakan oleh Indonesia Jatayu Production yang berupa tari Gambyong pada pacara pembukaan dan dilanjutkan dengan tari Golek.
Sekitar 500 orang menghadiri peringatan Hari Batik di Perth Foto: Andy Diswandi
Hadirin juga di kagetkan dengan penampilan yang memukau dan bersemangat oleh permainan angklung Darma Wanita Perth.
Penampilan nan apik dipersembahkan dari Selendang sutra, Wulan, KCB, Misca, Endang, Peacock, Bunga, Flobamora dengan keahlian mereka dalam menghibur para hadirin dengan pertujukan budaya Indonesia.
Menjelang pukul 4 sore, acara Perth Batik Festival ditutup dengan akustik merdu oleh Sharen.
*Skolastika Grahita Kirana adalaha mahasiswa asal Indonesia yang sekarang sedang menyelesaikan pendidikan S1 di University of Western Australia di Perth.
(nwk/nwk)