JAKARTA, suaramerdeka.com - Edwin, sutradara asal Indonesia memenangkan Busan Award di Asian Project Market (APM), yang berlangsung 9-11 Oktober 2016 di Busan, Korea Selatan. Edwin membawa proyek film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, yang diadaptasidari novel ketiga karangan Eka Kurniawan. Dalam proyek film ini, Eka Kurniawan juga bertindak sebagai penulis skenarionya.
Palari Films membawa Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, yang judul internasionalnya dilaraskan menjadi Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash, ke Asian Project Market dengan harapan memang demi mencari investor film. Sebab, selama 19 tahun telah, festival Busan dinilai konsisten menyeleksi dan mempertemukan proyek film berkualitas kepada pendana, investor film, dan pembeli film dari berbagai negara.
Tahun 2016 ini, APM memilih 27 project film dari 16 negara. Proses seleksi yang ketat, diklaim menjamin kualitas artistik dan keragaman tema film-film yang dijajakan di APM. Film-film blockbuster seperti Snowpiercer karya Bong Joon-ho, maupun film-film unik seperti Stray Dogs karya Tsai Ming Liang bisa terwujud karena film-film tersebut bertemu dengan pasarnya yang tepat. Snowpiercer berjaya di Hollywood, Stray Dogs memenangkan Grand Jury Prize di Venice Film Festival.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, sebagaimana rilis yang diterima Suara Merdeka, adalah proyek kolaborasi pertama Edwin dan Eka Kurniawan. Film terakhir Edwin, Postcards From The Zoo, adalah film Indonesia pertama yang terseleksi dan dinominasikan sebagai film panjang terbaik oleh Berlin International Film Festival (Berlinale 2012).
Sementara EkaKurniawan baru saja memenangkan Oppenheimer Funds Emerging Voices 2016 Fiction Award untuk novelnya, Manusia Harimau( Man Tiger). Eka juga pernah dinominasikan untuk Man Booker Prize International dengan novel yang sama. Sebelumnya, dia juga telah memenangkan World Reader’s Award 2016 untuk novel pertamanya Cantik itu Luka (Beauty is A Wound). Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, adalah novel ketiga dan selain difilmkan, novel ini rencananya akan diterbitkan di Amerika Serikat, pertengahan tahun 2017.
Menurut Edwin, buku Eka Kurniawan ini sangat visual. “Bahkan beberapa bagian cerita di dalamnya, terasa ada baunya. uku ini sangat kental dengan pengetahuan, dan segenap misteri yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan modern masyarakat kita. Seperti jutaan anak laki-laki di Jawa yang tumbuh di era tahun 1980 an, saya sangat mengenali Ajo Kawir dan dunianya. Dunia dimana dangdut pantura mengiri rasa rindu para supir truck yang bergelut sehari-hari dengan machismo dan adrenalin”, katanya.
Muhammad Zaidy, salah satu produser dari Palari Films, melihat potensi luar biasa dari buku ketiga Eka Kurniawan ini sebagai materi yang kuat untuk diolah menjadi film. “Namun seperti kita ketahui, mengadaptasi sebuah novel ke film, bukan pekerjaan yang mudah. Perlu visi yang sejalan antara sang penulis novel, dan pembuat filmnya. Kami baru bisa yakin dengan project adaptasi film ini setelah mempertemukan Eka Kurniawan dengan Edwin. Visi Edwin terhadap film, dan pemahamannya terhadap buku Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, membuat kami semua bersemangat dan percaya bahwa project film ini harus dikerjakan. Kita akan membuat film yang menghibur, ndah dan unik, baik secara kemasan maupun isi cerita”,ujarnya yang juga terlibat di produksi film Athirah, dan AADC?2.
Hal senada ditambahkan Meiske Taurisia, yang juga bertindak sebagai produser dari Palari Films. Dia mengatakan, sebagaimana film Postcards From The Zoo yang juga disutradarai oleh Edwin, yang dibeli hak edarnya oleh distributor film internasional dari Perancis, Inggris, Jerman, Korea Selatan, dan Taiwan. Film terbarunya nanti diharapkan juga mendapatkan sambutan yang tak kalah positifnya di pasar Internasional.
(Benny Benke/CN41/SMNetwork)