JAKARTA - Ketua Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin membantah tudingan Ketua Persatuan Produser Fim Indonesia (PPFI) Firman Bintang bahwa produser merugi karena film nasional kurang diberi kesempatan tayang.
"Semua orang boleh mengeluarkan pendapat. Namun data statistik menunjukkan bahwa anjloknya penonton pada umumnya bukan karena tidak diberi kesempatan tayang, namun karena film yang ada memang tidak bermutu," kata Djonny di Jakarta.
Ia mencontohkan film-film nasional yang ditayangkan selama Lebaran. Menurutnya, pengusaha bioskop sudah memberikan jumlah layar dengan optimal dan proporsional. Dari sana penonton diberi pilihan film yang ingin ditonton.
Setelah itu semuanya kembali ke keputusan penonton untuk menonton film yang mana. Terbukti saat ini Comic 8 sudah melewati batas psikologis satu juta penonton dan Surga Yang Tak Dirindukan mengejar dekat di belakangnya.
Melihat minat penonton yang sangat bagus, bioskop juga tidak tinggal diam tetapi menambah jumlah layar dan jam pertunjukan untuk melayani minat masyarakat. Dari sana jelas, bahwa bioskop telah memberi kesempatan bagi film berkualitas yang diminati penonton.
Dengan demikian, karena juga keterbatasan layar, maka akan ada film yang memiliki waktu tayang lebih lama dibandingkan film lain. "Sedangkan film yang tidak bermutu, ya memang harus menunggu," katanya.
Sementara terkait tata edar yang dipersoalkan, Djonny mengatakan, bahwa saat ini sebenarnya tata edar film sudah berjalan. Bahkan tidak sedikit di antara produser yang "happy" dengan kondisi saat ini.
"Saat ini, produser sudah melakukan pembicaraan langsung dengan bioskop secara business to business, enggak perlu lagi diatur," katanya.