Kelompok teater boneka Papermoon Puppet Theater dari Yogyakarta, tampil di gedung Kennedy Center, Washington DC. (VOA)
|
Kehidupan seorang bocah ceria bernama Tupu dan kakak laki-lakinya, Moyo, berubah menjadi kesepian dan kesedihan sejak ayah mereka, Baba, diculik oleh kelompok tak dikenal dan tanpa alasan yang jelas. Kehidupan bertetangga yang tadinya harmonis juga ikut terluka karena cap politik.
Cerita inilah yang digambarkan oleh Papermoon Puppet Theater dalam pementasan berjudul “Mwathirika” yang dalam bahasa Swahili berarti korban. Kelompok asal Yogyakarta ini mengajak penonton untuk membuka lembaran sejarah Indonesia yang suram pada 1965. Yang menarik, semua diceritakan tanpa narasi atau dialog. Emosi dibangun lewat boneka dan para pemainnya, video, musik latar, tata cahaya, set panggung dan properti lainnya.
Sutradara Papermoon Puppet Theater, Maria Tri Sulistyani, mengatakan pada VOA bahwa jika kita peduli dengan apa yang terjadi pada masa lalu, kita tahu di mana kita berdiri sekarang dan mau ke mana di masa depan.
“Karena biasanya sejarah itu berulang dan kita tidak mau jatuh ke kesalahan yang sama. Jadi ada baiknya kita selalu mengingat tragedi apa yang pernah terjadi dalam kehidupan kita supaya itu tidak terjadi lagi,” ujar Maria.
Lakon “Mwathirika” ini ditampilkan Sabtu (8/9) di depan ratusan penonton di Kennedy Center, Washington DC. Salah seorang penonton asal Amerika yang pernah tinggal di Indonesia, Agatha Schmaedick, mengatakan kepada VOA ia sangat terkesan.
“Luar biasa, bagus sekali. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan. Saya sangat terharu. Saya pikir sejarah adalah hal yang penting untuk dipelajari dan saya senang sekali sejarah ini diceritakan,” ujarnya.
Penampilan Papermoon Puppet Theater di ibukota Amerika ini adalah bagian dari tur Amerika 2012. Kelompok yang berdiri sejak 2006 ini terpilih lewat program diplomasi budaya “Center Stage” yang diantaranya diprakarsai oleh Departemen Luar Negeri Amerika dan New England Foundation of The Arts (NEFA).
Adrienne Petrillo, Manajer Program NEFA mengatakan bahwa Papermoon dipilih karena keunikannya.
“Karya seni mereka selangkah lebih maju. Panggung boneka yang mereka tampilkan berbeda dengan pertunjukkan wayang yang tipikal di Indonesia. Dan Papermoon memberikan banyak sentuhan estetika. Ide-ide mereka segar dan penuh energi,” ujar Petrillo.
Selain menggelar pementasan, Papermoon juga mengadakan lokakarya di Lafayette College dan Juniata College di negara bagian Pennsylvania. Mereka juga akan mengikuti festival teater boneka Great Plains di negara bagian Iowa.
Tur Amerika Papermoon Puppet Theater berlangsung sampai 1 Oktober 2012.