Malang (ANTARA News) - Pengamat sosial Universitas Muhammadiyah Malang Rinekso Kartono mengatakan pendidikan moral dan etika dalam beberapa tahun terakhir mulai terabaikan dari pelajaran sekolah.
"Sekarang ini sekolah-sekolah, terutama sekolah umum hanya fokus untuk mengejar prestasi akademik, sehingga pendidikan yang menyangkut etika dan moral terabaikan," kata Rinekso di Malang, Senin.
Akibatnya, kata Rinekso, anak didik (siswa) secara perlahan mulai mengalami disfungsi sosial maupun etika. Mereka juga mulai berani "menabrak" etika dan norma-norma yang selama ini dilarang agama dan ditabukan oleh lingkungan masyarakat.
Memang pendidikan moral dan etika bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah, namun keberadaan dan contoh dari orang tua maupun lingkungan juga ikut berperan dalam memmbentuk sikap serta karakter anak, katanya.
Akan tetapi, kata Rinekso, pendidikan yang diterapkan di sekolah saat ini sangat jauh berbeda dengan proses dan sistem pendidikan di era tahun 1980-an, selain mengejar prestasi akademik, nilai-nilai etika dan moral juga menjadi target keberhasilan sebuah proses belajar.
Menurut dia, proses belajar yang hanya mengejar prestasi akademik membuat anak-anak jenuh dan "berat", sehingga ketika ada kesempatan, mereka tidak lagi mampu mengontrol afektifnya. Mereka melampiaskan kejenuhannya mulai dari sekedar jalan-jalan di mal hingga nongkrong (hangout) di kafe-kafe.
Selain karena faktor kejenuhan dalam belajar dan pendidikan moral yang mulai longgar, kata Rinekso, budaya bangsa yang mengajarkan kesederhanaan juga mulai bergeser.
Sekarang hedonisme dan konsumerisme sudah menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat, tidak hanya bagi orang kaya, tapi juga kurang mampu pun melakoninya, meski jumlahnya tidak banyak.
"Pergeseran hidup dan budaya ini semata-mata karena pendidikan yang menanamkan nilai-nilai etika, moral dan kesederhanaan mulai terabaikan, dan sekolah juga hanya mengejar prestasi akademik, karena nilai akademik bisa dibanggakan secara fisik ketimbang moral yang tidak bisa ditulis dengan angka," kata dosen FISIP UMM itu.
(E009)
Editor: Ella Syafputri