Malang (ANTARA News) - Pengamat militer dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Muhajjir Effendi mengatakan bahwa kegiatan sosial bersama akan mampu meminimalkan gesekan antara anggota TNI dengan kepolisian setelah institusi tersebut dipisah.
"Gesekan-gesekan yang terjadi antara TNI dengan Polri tidak akan bisa dihilangkan sama sekali, namun paling tidak bisa diminimalkan dengan cara sering menggelar kegiatan sosial bersama dan melakukan pendekatan kekeluargaan," katanya di Malang, Kamis.
Muhajjir yang doktor dalam masalah militer itu mengatakan hal tersebut ketika ditanya soal cara membangun solidaritas TNI dan Polri di tengah masih adanya gesekan kedua institusi tersebut setelah lembaganya dipisah beberapa tahun lalu.
Ia mengatakan, sering digelarnya kegiatan sosial bersama tersebut agar mereka bisa saling mengenal.
"Pemisahan TNI dan Polri ini memang memunculkan masalah baru yang kompleks dan ada ongkos yang harus dibayar, di antaranya gesekan-gesekan di lapangan, bahkan juga secara fisik," katanya.
Ia mengatakan, gesekan-gesekan itu tidak akan mudah dihapus sama sekali, paling banter hanya bisa dikurangi.
Gesekan antarinstitusi (matra) pengamanan negara itu, katanya, tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di berbagai negara di belahan bumi ini.
Selain sering menggelar kegiatan sosial bersama, kata Muhajjir, yang memungkinkan bisa meminimalkan gesekan antarmatra itu adalah menghindari titik-titik rawan termasuk penempatan markas militer.
Sebab, katanya, yang menjadi kekhawatiran adalah ketika terjadi gesekan, kedua belah pihak menyalahgunakan kewenangan (mal praktik birokrasi) dengan menggunakan senjata organik mereka.
"Kalau sudah demikian, apa yang terjadi di negeri ini. Oleh karena itu Rancangan Undang-Undang (RUU) keamanan nasional harus bisa benar-benar mengatur dan menata ulang kedua intitusi ini sesuai perannya masing-masing," kata Muhajjir. (E009/M029)
Editor: B Kunto Wibisono