Dosen Teknik Sipil UMM, Dr Ir Moh Abduh
Malang (beritajatim.com) – Bagi kalangan milenial membuat rumah jadi prioritas utama. Sayangnya, harga rumah dan tanah terus naik, yang membuat kesulitan untuk mempunyai hunian impian. Dr Ir Moh Abduh, ST, MT, IPM, ACPE, ASEAN Eng, dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membagikan tips untuk milenial agar bisa mempunyai rumah impian meski budget minimalis.
Abduh sapaannya, menjelaskan bahwa milenial yang saat ini berusia 20 hingga 30 tahun sangat memungkinkan untuk mempunyai rumah sendiri. Namun saat proses pembangunan ahli harus dilibatkan agar aman, nyaman dan terjaga.
“Untuk membuat rumah tinggal layak dan nyaman, kebutuhan biayanya sangat beragam. Namun yang jelas, untuk membangun rumah sederhana milenial harus sediakan dana 200 juta ke atas,” ujarnya pada Senin (6/2/2023).
Saat akan membangun rumah, pertimbangan utama pada kondisi wilayah. Indonesia adalah negara yang dikelilingi cincin api sehingga rawan pada gempa bumi. Menurutnya hal itu membahayakan, sehingga rumah juga harus dibuat tahan gempa.
“Rumah minimalis dengan harga yang minim, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya, pemilihan gaya arsitektur rumah. Gaya arsitektur punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun saya, rumah bergaya arsitektur tropis cocok untuk generasi milenial saat ini,” jelas dosen dari Lampung tersebut.
Gaya arsitektur tropis sangat efisien, dan biaya perawatan sesuai dengan iklim di Indonesia. Hal lain yang perlu dipertimbangkan, kata Abduh adalah penggunaan bahan alternatif, itu berguna untuk penghematan dana. Ia memandang bahan pengganti yang beragam, penggunaannya jadi kondisional.
“Misalnya kusen kayu diganti aluminium atau, rangka atap kayu jadi baja ringan. Namun untuk bahan-bahan bangunan ini disesuaikan dengan hasil konsultasi bersama ahli. Jika salah memilih bahan maka biaya pembangunan rumah justru membengkak,” kata pria yang saat ini menjadi anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tim bidang sertifikasi Jatim itu.
Abduh menjelaskan bahan pengganti bangunan memiliki sisi positif dan negatifnya tersendiri. Positifnya penggunaan bahan pengganti ini lebih ramah lingkungan. Namun, negatifnya terkhusus di bagian rangka atap, perlu perawatan ekstra terkait pengecekan sekrup atau paku baja ringan. Hal ini dilakukan sesuai screw atau baut akan mengendur seiring suhu, getaran, dan waktu.
Membangun hunian impian, kata Abduh, harus diperhatikan keamanan materialnya. Dana awal 200 juta itu sudah bisa membangun rumah tropis dengan spesifikasi dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur simpel, dan juga ruang tamu serta ruang keluarga yang menyatu.
“Kurang lebih luas bangunan yang didapatkan adalah 36 meter persegi. Jika membangun rumah sendiri, generasi milenial akan lebih menghemat dana, namun apabila ingin lebih efektif maka bisa membeli rumah yang jadi,” jelasnya mengakhiri. [dan/but]