Tim Samorta bersama warga RT 5 kelurahan Merjosari (Foto: Istimewa)
Malang (beritajatim.com) – Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (HI UMM) sukses mengolah limbah dapur menjadi kompos dan eco-enzyme. Mahasiswa yang tergabung dalam tim Samorta ini terdiri atas 12 mahasiswa HI semester 5.
Koordinator tim Samorta, Faris Hilaal Firaas menjelaskan bahwa kegiatan ini berlokasi di RT 05 RW 01 Kelurahan Merjosari. Tim Samorta mengedukasi masyarakat sekitar terkait cara mengolah limbah dapur menjadi kompos dan eco-enzyme.
“Jadi kegiatan tim kami ini tugas dari mata kuliah Gerakan Sosial yang diampun oleh Ruli Inayah Ramadhon, M.Si. Agenda kami ini diadakan selama 2 bulan dari 14 Desember 2023 sampai 20 Februari 2024,” ungkap Faris, sapannya, kepada beritajatim.com, Kamis (28/12/2023).
Menurut Faris, limbah dapur yang tidak diolah dapat menyebabkan banyak penyakit serta menimbulkan bau dari hasil pembusukan. Limbah dapur menjadi salah satu penyumbang terbesar timbulan sampah di Kota Malang.
“Hal ini tentu menjadi permasalahan utama bagi masyarakat dalam memerangi limbah dapur. Jumlah limbah dapur dapat dikurangi apabila setiap rumah melakukan pengelolaan terhadap sampah yang mereka hasilkan. Pengolahan limbah dapur menjadi kompos dan Eco-Enzyme merupakan contoh pengolahan yang paling mudah dan murah,” ungkap mahasiswa semester 5 UMM ini.
Eco-enzyme, lanjut Faris, adalah larutan organik yang dihasilkan dengan fermentasi sederhana dari limbah sayuran segar, limbah buah dengan penambahan gula merah dan air dengan menggunakan mikroorganisme selektif seperti ragi dan bakteri. Bahan yang diperlukan untuk membuat Eco-Enzyme adalah gula merah, sisa kulit buah, air, dan botol plastik.
Limbah dapur juga dapat dimanfaatkan menjadi kompos. Kompos adalah pupuk organik yang terbuat dari limbah organik seperti sisa makanan, dedaunan, dan kayu yang telah diolah melalui proses dekomposisi. Kompos sangat bermanfaat bagi tanah dan tumbuhan karena mengandung banyak zat hara.
“Pengolahan limbah dapur menjadi kompos dan Eco-Enzyme sangat mudah dan cocok untuk mengurangi sampah organik terutama dalam skala rumah,” jelas koordinator tim Samorta ini.
Menurutnya, pengolahan limbah dapur menjadi kompos dan Eco-Enzyme ini sangat cocok untuk mengurangi sampah organik di rumah tangga, karena tergolong mudah untuk dilakukan dan menggunakan bahan yang mudah didapatkan. Pengolahan limbah dapur menjadi kompos dapat dilakukan dengan membuang limbah dapur ke lubang kompos atau menggunakan wadah kompos yang tersedia di pasaran.
“Dengan ini, kita dapat mengurangi volume sampah organik dan menghasilkan pupuk organik yang baik bagi tanah dan tumbuhan. Kami ajak masyarakat untuk memanfaatkan limbah dapur melalui sosialisasi dan pelatihan terkait pembuatan kompos dan Eco-Enzyme,” tutur Faris.
Pelatihan diawali dengan melakukan edukasi tentang bahaya dan potensi dari limbah dapur melalui penyampaian materi. Pembuatan Eco-Enzyme bersama masyarakat dilakukan dengan memotong motong sisa kulit buah yang masih segar, lalu di masukan kedalam botol bekas.
“Kami masukan gula merah dan air kedalam botol bekas. Perbandingan dalam pembuatan Eco-Enzyme adalah 3:1:10 dengan 3 untuk kulit buah, 1 untuk gula merah, dan 10 untuk air bersih,” ungkap Faris.
Langkah selanjutnya pembuatan kompos dengan memasukan sisa makanan dan bahan-bahan lainya seperti coco peat dan cairan EM4 ke dalam wadah bekas kemudian ditutup. Pihaknya berharap program ini dapat membuat masyarakat sadar urgensi dan potensi limbah dapur yang dihasilkan.
“Semoga dengan program kami ini masyarakat bisa mulai mencoba mengolah limbah dapur rumah tangga secara mandiri,” jelasnya menutup.
Program ini disambut baik oleh Ketua RT 05, Agus Priyo Pribadi yang juga menjabat sebagai humas Kader Lingkungan Kelurahan Merjosari. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa limbah dapur adalah masalah bersama, maka dari itu diperlukan kerjasama dan dukungan masyarakat guna mengatasinya.
“Kami menyambut baik acara dari adik-adik mahasiswa UMM ini. Kita dukung dan kita kolaborasi untuk dalam menjalankan program mengatasi limbah dapur di lingkungan kami,” ungkap Agus Priyo. [dan/but]