Laily Khairunnisa mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang (beritajatim.com) – Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses menjalani dua program pertukaran pelajar dalam satu waktu (double funding). Dia adalah Laily Khairunnisa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMM.
Diketahui saat ini Nisa diterima pada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bertempat di Universitas Sriwijaya (Unsri). Selain itu, dia juga mengikuti program exchange di Asia University, Taiwan.
“Jadi yang MBKM Unsri, saya berangkat ke Palembang dan belajar di dalam kampus. Sementara untuk Asia University, saya lakukan secara virtual yang memungkinkan saya untuk belajar secara daring bersama dengan mahasiswa dari berbagai negara, serta diajar oleh dosen kampus terkait,” paparnya pada Jumat (25/11/2022).
Di samping belajar, Laily, juga mendapat materi soal budaya dan sejarah Taiwan. Hal itu membuat dia semangat menjalani studi. Di Unsri ia dibekali modul nusantara dari MBKM. Sehingga bisa belajar bahasa, budaya, kerajinan, tari, dan lain-lain.
Mahasiswa dari NTB tersebut membagikan tips agar dapat diterima pada exchange di Asia University. Menurut dia, hal yang paling utama yaitu mempersiapkan kelengkapan dokumen dan keaktifan saat berkuliah. “Dengan begitu, dosen akan tahu keberadaannya dan merekomendasikan pada program terkait,” jelasnya.
Selain itu, penting aktif dalam berorganisasi dan berkuliah menjadi kunci penting agar masuk program MBKM. Perlu juga persiapan jauh-jauh hari sebelum pendaftaran agar tak tergesa-gesa. “Saya harus bersaing dengan 32.000 mahasiswa pendaftar lain. Dari jumlah tersebut, akan diambil 12.000 mahasiswa yang akan menjalani pertukaran mahasiswa di seluruh nusantara, termasuk dirinya,” papar Nisa.
Ia berpesan agar rajin dan pandai memanfaatkan peluang, Nisa menilai UMM menjadi alasan terbesar ia bisa diterima di kedua program tersebut. Apalagi di Kampus Putih (UMM) telah tersedia menyediakan dukungan agar mahasiswa bisa belajar di luar kampus level nasional terlebih internasional.
Dia menceritakan tentang kendala yang dialami. Misalnya jadwal kuliah di dua universitas itu bentrok dan membuatnya harus memutar otak. Kadang dia harus melobi dosen Unsri, kadang ia juga harus menjalin komunikasi dengan tim pengajar Asia University.
“Alhamdulillah sejauh ini bisa saya atur dengan baik. Semoga diterimanya saya di dua program ini membuat saya mendapatkan banyak pengalaman, relasi, dan pelajaran hidup baru. Bahkan mungkin bisa saya bagikan ke teman-teman nanti,” imbuhnya.
Menurut Nisa, waktu empat tahun di bangku perkuliahan tak terbuang sia-sia. Selain harus memahami materi kuliah secara baik, mahasiswa harus ikut kegiatan seperti misalnya badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Dia menceritakan bahwa dulu sering mengikuti kegiatan BEM UMM dan memenangkan lomba. Hal itulah yang mengantarkan dirinya bisa masuk pada event yang lebih besar. [dan/beq]