Malang (beritajatim.com) – BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dapat dianggap sebagai realisasi ramalan Presiden Soekarno tentang bangkitnya kekuatan global baru yang menggantikan dominasi Barat.
Menurut Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si., Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), BRICS menjadi simbol dari visi Soekarno tentang New Emerging Forces (NEFOS) yang kini mulai terwujud.
Ruli menegaskan bahwa Indonesia telah lama menjadi negara yang dinanti oleh BRICS karena kekayaan sumber daya alam dan potensi pasarnya yang besar. BRICS tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi global, tetapi juga membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam tata dunia baru.
“Dengan bergabungnya Indonesia, BRICS semakin kokoh sebagai aliansi negara-negara yang menantang dominasi Barat, yang oleh Soekarno disebut sebagai Old Established Forces (OLDEFOS). Apa yang dikatakan Bung Karno tentang kemunculan kekuatan global baru kini terbukti melalui BRICS,” tambah pria yang menjadi Peneliti Pusat Studi Ilmu Politik UMM.
Keanggotaan Indonesia dalam BRICS juga sejalan dengan prinsip politik luar negeri bebas-aktif yang dijunjung sejak era Soekarno. Soekarno selalu berbicara tentang pentingnya perlawanan terhadap dominasi kolonialisme dan imperialisme.
“BRICS adalah bentuk modern dari perlawanan itu, dengan Indonesia sebagai salah satu penggeraknya,” ujar Ruli kepada beritajatim.com, Selasa (7/2/2025).
Ia juga menyebutkan bahwa BRICS menjadi arena bagi Indonesia untuk mempertegas posisinya sebagai negara yang mendukung perdamaian dunia dan keseimbangan kekuatan global. Menurut Ruli, bergabungnya Indonesia ke BRICS memberikan keuntungan strategis.
Pertama, dapat menguatkan posisi Indonesia di pasar global. BRICS membuka akses bagi produk Indonesia untuk menembus pasar internasional dan menarik lebih banyak investasi asing.
Kedua, memperkuat bargaining power Indonesia. “Keanggotaan BRICS meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam menghadapi negara-negara Barat. Dengan BRICS, Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pemain penting dalam ekonomi global,” ujarnya.
Selanjutnya, dapat mengurangi ketergantungan pada Barat. BRICS memberikan Indonesia alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada dominasi Barat, terutama di tengah melemahnya kekuatan ekonomi Amerika.
Namun, Ruli mengingatkan bahwa langkah ini membawa tantangan besar, terutama terkait hubungan dengan Amerika Serikat. Kedekatan Indonesia dengan China melalui BRICS bisa memengaruhi hubungan dagang strategis antara Indonesia dan AS.
“Amerika mungkin memandang langkah ini sebagai ancaman terhadap pengaruhnya di kawasan. Ini menjadi dilema, mengingat Indonesia saat ini menikmati pembebasan tarif ekspor yang bernilai besar dari Amerika,” katanya.
Ruli menyimpulkan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS adalah langkah strategis yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mempertegas posisi politik Indonesia di tengah pergeseran kekuatan global.
“Ini adalah realisasi dari visi Soekarno tentang dunia multipolar yang lebih adil, di mana negara-negara berkembang memiliki suara yang kuat,” katanya menutup. (dan/ted)