Ahmad Sulaiman, S.Psi., M.Ed., Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (Foto: Istimewa)
Malang (beritajatim.com) – Puasa ramadhan ternyata dapat berpengaruh pada kondisi psikologis manusia. Hal ini karena ketika puasa manusia menahan diri, mengurangi asupan kalori dan menunda waktu untuk makan yang biasanya dilakukan kapan saja. Pengaruh psikologisnya adalah menjadi pribadi yang lebih disiplin.
Keterangan tersebut sebagaimana disampaikan Ahmad Sulaiman, S.Psi., M.Ed., Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dosen yang akrab disapa Mada itu menambahkan, saat puasa bisa menyebabkan aktivitas lebih efisien karena harus harus menghemat energi.
“Saat puasa kita diharuskan menahan hasrat dan nafsu. Itu berguna untuk meningkatkan kontrol diri dan peka pada kondisi sosial. Puasa memadukan individu untuk mengekspresikan emosi negatif dengan cara lebih sehat. Secara tidak secara langsung, kita dituntut mengelola emosi agar tidak bereaksi berlebihan, baik itu tidak mudah marah atau larut dalam kesedihan,” katanya, Kamis (6/4/2023).
Puasa melatih empati manusia pada sesama. Empati tersebut adalah dampak psikologis yang diharapkan dalam agama Islam. Rasa empati yang tumbuh dapat mendorong pribadi melakukan hal yang bersifat altruistik atau berkeinginan untuk beramal dan membantu sesama.
“Kita jadi lebih sering infak dan sodaqoh, suka memberi dan saling berbagi. Agar manfaat puasa dari aspek psikologis dapat dirasakan dengan optimal, maka hendaknya menyusun target jelas. Misalnya kita ikut majelis, melakukan i’tikaf, dan lainnya. Selain itu juga kita bisa melihat cara menghabiskan waktu pagi,” tandasnya.
Mada menghimbau agar setelah puasa, kebiasaan baik dipertahankan meskipun Ramadhan usai. Apalagi biasanya konsistensi yang dibangun saat puasa sering runtuh dan hilang di bulan selanjutnya. Salah satu mempertahankan kebiasaan tersebut adalah mulai dari hal sederhana.
“Lalu lanjutkan secara bertingkat. Seperti membaca Alquran diawali dengan beberapa ayat saja. Lalu saat dirasa nyaman, kita bisa menambah beberapa ayat bahkan menjadi beberapa halaman,” pungkas Mada. (dan/kun)